Penguatan rupiah masih akan terhambat faktor global hingga akhir tahun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk memangkas suku bunga BI menjadi 5,75%. Penurunan ini sesuai dengan ekspetasi pasar yang akhirnya turut berpengaruh bagi pergerakan rupiah pada hari ini. 

Rupiah spot hari ini menguat 0,16% ke Rp 13.960 per dollar AS. Sebelum pengumuman BI rate, rupiah bahkan sempat menembus Rp 13.925 per dollar AS sebelum akhirnya mempersempit penguatan.

Analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri menyatakan, bahwa sebenarnya hasil RDG ini bukanlah sesuatu yang sangat besar bagi pasar. Ini karena pasar telah memprediksi penurunan suku bunga beberapa waktu sebelumnya.


Reny berpendapat rupiah masih akan melemah hingga kembali di level Rp 14.000. Menurutnya dia, posisi tersebut merupakan posisi yang cukup sehat untuk kondisi Indonesia saat ini.

"Kalau kemarin bisa tinggi hingga hampir menyentuh Rp 13.800-an itu penguatan yang sangat tinggi sehingga bisa kembali ke posisi Rp 14.000," ujar Reny.

Menurut Reny, masih ada sentimen-sentimen yang bisa mempengaruhi terkoreksinya rupiah, salah satunya dari The Fed. "Market masih antisipasi dari The Fed yang akan rapat di akhir bulan nanti," jelas Reny.

Sependapat, Direktur Garuda Berjangka Ibrahim juga menuturkan bahwa pengaruh penurunan suku bunga BI bersifat jangka pendek. "Kita perlu ingat bahwa jangan terhipnotis dengan penurunan suku bunga BI karena masih ada masalah global," ucap Ibrahim.

Ibrahim mengatakan bahwa penguatan rupiah hingga akhir tahun dapat terhambat karena masalah-masalah global. Menurut dia, masalah global paling kuat saat ini ialah perang dagang dan Brexit.

Dalam urusan perang dagang, Ibrahim berpendapat bahwa Tiongkok tidak akan mencari solusi lagi. Menurut dia, Tiongkok akan menunggu pemilihan presiden AS pada tahun 2020.

"Harapannya Trump tidak akan terpilih lagi di tahun depan, sehingga masalah perang dagang ini paling cepat akan selesai di tahun depan juga," ujar Ibrahim.

Untuk masalah Brexit, Ibrahim menyebutkan kemungkinan perdana menteri Inggris yang akan berganti menjadi Boris Johnson menjadi pemicunya. Pasalnya, Johnson berkeinginan mengeluarkan Inggris dari Uni Eropa.

Oleh karena itu, Ibrahim sependapat dengan Reny bahwa rupiah akan terkoreksi hingga akhir tahun. Penurunannya akan berada di rentang Rp 13.890 - Rp 14.200 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati