Penguatan Sektor Hulu Migas Dinilai Jadi Kunci Sukses Swasembada Energi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menargetkan swasembada energi nasional dengan fokus pada pengembangan industri hulu minyak dan gas (migas). 

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan komitmennya untuk mendukung visi presiden terkait swasembada energi, terutama melalui penguatan sektor hulu migas yang dinilai masih belum optimal.

Bahlil menegaskan pentingnya terobosan dan kerja keras dalam meningkatkan produksi migas melalui sektor hulu, termasuk peningkatan lifting. 


Ia juga berharap Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dapat berperan secara akomodatif dan responsif dalam menghadapi tantangan saat ini dan di masa depan.

Baca Juga: ReforMiner: Industri Migas Tetap Jadi Pilar Utama Ketahanan Energi hingga 2050

Selain itu, Bahlil menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi dan peningkatan investasi untuk mengoptimalkan kinerja sumur-sumur eksplorasi. Ia juga berencana memanfaatkan kembali sumur-sumur tua yang masih berpotensi menghasilkan migas untuk kebutuhan dalam negeri.

Sementara itu, Pengamat Energi Tumbur Parlindungan, menekankan pentingnya peran sektor hulu migas dalam mencapai swasembada energi. Menurutnya, pengembangan cadangan migas baru melalui eksplorasi harus didukung oleh peningkatan investasi di sektor hulu.

“Kebutuhan fossil fuel kita masih di atas 85%. Oleh karena itu investasi hulu migas masih sangat diperlukan untuk meningkatkan lifting, tidak ada cara lain. Kita memiliki resources yang sangat menarik. Faktor non-resources seperti birokrasi dan lain sebagainya harus turut mendukung,” kata Tumbur dalam keterangannya, Rabu (13/11).

Tumbur juga menyoroti pentingnya kolaborasi antar kementerian dan lembaga untuk menciptakan kebijakan yang mendukung industri hulu migas. Ia berharap, tidak ada lagi aturan yang tumpang tindih di masa mendatang.

Baca Juga: Hulu Migas Tetap Jadi Pilar Ketahanan Energi Era Prabowo

Terkait transisi energi, Tumbur menilai pemberdayaan energi baru terbarukan (EBT) masih sulit diimplementasikan. Ia menyebut energi fosil, seperti minyak dan gas, masih sangat relevan dalam memenuhi kebutuhan energi saat ini.

Menurutnya Renewable energy kenyataannya tidak semanis itu. Banyak negara yang ingin implementasikan, tapi akhirnya balik lagi memanfaatkan energi fosil. 

"Jadi ini kesempatan kita untuk memaksimalkan potensi migas dalam negeri. Tidak ada opsi lain selain menarik investor,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli