Pengumuman CAD membayangi pergerakan rupiah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia akan segera mengumumkan current account deficit (CAD) atau defisit transaksi berjalan kuartal III. Sejumlah ekonom pun memproyeksi CAD di kuartal III tahun ini akan melebar atau di atas 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Ekonom Maybank Myrdal Gunarto mengatakan, pengumuman CAD yang diperkirakan melebar ini akan berpengaruh pada nilai tukar rupiah yang kembali melemah.

Meski saat ini rupiah sudah menguat dan mencapai sekitar Rp 14.500 per dollar Amerika Serikat, Myrdal memprediksi rupiah masih akan melemah dan akan berada di atas Rp 15.000 per dollar AS hingga akhir tahun.


"Rupiah masih akan terus under pressures dipicu oleh faktor eksternal terkait antisipasi posisi investor terhadap kenaikan bunga The Fed pada Desember," tutur Myrdal kepada Kontan.co.id, Kamis (8/11).

Tak hanya itu, Myrdal pun berpendapat permintaan impor domestik yang masih melewati ekspor akan terus membuat rupiah tertekan. Apalagi kebutuhan dollar AS masih tinggi untuk pembayaran utang, dividen, hingga keperluan liburan di akhir tahun.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah Redjalam pun memperkirakan dengan CAD yang melebar hingga di atas 3% dari PDB, maka rupiah akan kembali tertekan. Meski begitu, Pieter masih optimistis nilai tukar rupiah tak akan mencapai Rp 15.000 per dollar AS hingga akhir tahun 2018.

Pieter memperkirakan, CAD di kuartal III masih berada di atas 3% dari PDB. "Saya perkirakan current account pada kuartal III akan mengalami defisit sekitar US$ 10 - US$ 11 miliar. Dengan demikian, secara year to date, current account mengalami defisit sebesar US$ 23,7 miliar sampai dengan US$ 24,7 miliar," tutur Pieter.

Menurut Pieter, masih ada defisit transaksi berjalan di kuartal IV tahun ini meski lebih rendah dibandingkan kuartal III 2018. "Untuk keseluruhan tahun 2018 saya kira sudah sulit untuk tidak melewati 3% dari PDB," tambah Pieter.

Adanya beberapa kebijakan yang diterapkan pemerintah untuk menekan CAD, seperti kebijakan B20 dan pengenaan PPh pada barang impor yang dilaksanakan September lalu pun dianggap belum bisa menekan impor migas dan barang konsumsi secara drastis.

Karena itu, meski perdagangan barang akan membaik karena impor berkurang, tetapi tidak akan cukup menutup defisit neraca jasa dan neraca pendapatan primer.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto