JAKARTA. Pelaku usaha di sektor gas hari ini meluncurkan Indonesian Gas Society (IGS), yang dibentuk sebagai peta bagi pemangku kepentingan terkait dengan pemanfaatan gas.Dia menyebutkan, ada lima tantangan yang dihadapi dalam pengembangan gas sebagai sumber energi, yaitu pasokan, permintaan, infrastuktur dan regulasi. "Tantangan selanjutnya adalah soal pricing policy," kata . Ketua IGS Hari Karyuliarto, Rabu (25/6). "Kita perlu semacam asosiasi sebagai peta pemangku kepentingan. Kita tahu aokasi gas bukan keputusan bisnis, tapi keputusan politik. Ini sangat menantang tapi IGS akan mengakomodasikan kepentingan semuanya, bukan hanya parlemen, tapi juga Kemenkeu, Kementerian ESDM dan lainnya," sambung Hari.Permintaan gas domestik tiap tahun meningkat 5,1%. Kebutuhan ini perlu dicukupi meski tantangan infrastruktur menyebabkan ketimpangan antara supply dan demand. Dia menyebut, surplus area gas ada di Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, sedangkan defisit area gas ada pada Sumatera dan Jawa. "Infrastruktur perlu dibangun untuk mengalirkan gas dari surplus area ke defisit area," lanjut Hari. Bisnis gas di Indonesia akan berkembang cepat jika hulu dan hilir terintegrasi. Untuk itu, IGS akan mengakomodasikan semuanya kepentingan baik downstream, upstream, dan midstream. (Estu Suryowati)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pengusaha gas bentuk Indonesia Gas Society
JAKARTA. Pelaku usaha di sektor gas hari ini meluncurkan Indonesian Gas Society (IGS), yang dibentuk sebagai peta bagi pemangku kepentingan terkait dengan pemanfaatan gas.Dia menyebutkan, ada lima tantangan yang dihadapi dalam pengembangan gas sebagai sumber energi, yaitu pasokan, permintaan, infrastuktur dan regulasi. "Tantangan selanjutnya adalah soal pricing policy," kata . Ketua IGS Hari Karyuliarto, Rabu (25/6). "Kita perlu semacam asosiasi sebagai peta pemangku kepentingan. Kita tahu aokasi gas bukan keputusan bisnis, tapi keputusan politik. Ini sangat menantang tapi IGS akan mengakomodasikan kepentingan semuanya, bukan hanya parlemen, tapi juga Kemenkeu, Kementerian ESDM dan lainnya," sambung Hari.Permintaan gas domestik tiap tahun meningkat 5,1%. Kebutuhan ini perlu dicukupi meski tantangan infrastruktur menyebabkan ketimpangan antara supply dan demand. Dia menyebut, surplus area gas ada di Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, sedangkan defisit area gas ada pada Sumatera dan Jawa. "Infrastruktur perlu dibangun untuk mengalirkan gas dari surplus area ke defisit area," lanjut Hari. Bisnis gas di Indonesia akan berkembang cepat jika hulu dan hilir terintegrasi. Untuk itu, IGS akan mengakomodasikan semuanya kepentingan baik downstream, upstream, dan midstream. (Estu Suryowati)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News