JAKARTA. Perusahaan pemegang konsesi pengusahaan hutan produksi mulai kesulitan berproduksi. Ongkos produksi serta pungutan kehutanan membuat pelaku usaha sulit untuk bertahan hidup. Rahardjo Benjamin, Wakil Ketua Pengusaha Hutan Indonesia menyebut, biaya untuk usaha di hutan produksi terbilang tinggi. Alhasil, pemilik izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu (IUPHHK) jumlahnya mulai menyusut. Ia mencontohkan, biaya pembiayaan iuran hak pengusaha hutan atau (HPH) untuk memperpanjang areal konsesi seluas 200.000 hektare biayanya mencapai Rp 35 miliar. Belum lagi pungutan kompensasi untuk masyarakat adat. Di Papua misalnya, kata Rahardjo bisa mencapai Rp 250.000/meter kubik.
Pengusaha hutan keluhkan biaya produksi yang naik
JAKARTA. Perusahaan pemegang konsesi pengusahaan hutan produksi mulai kesulitan berproduksi. Ongkos produksi serta pungutan kehutanan membuat pelaku usaha sulit untuk bertahan hidup. Rahardjo Benjamin, Wakil Ketua Pengusaha Hutan Indonesia menyebut, biaya untuk usaha di hutan produksi terbilang tinggi. Alhasil, pemilik izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu (IUPHHK) jumlahnya mulai menyusut. Ia mencontohkan, biaya pembiayaan iuran hak pengusaha hutan atau (HPH) untuk memperpanjang areal konsesi seluas 200.000 hektare biayanya mencapai Rp 35 miliar. Belum lagi pungutan kompensasi untuk masyarakat adat. Di Papua misalnya, kata Rahardjo bisa mencapai Rp 250.000/meter kubik.