Pengusaha hutan klaim manfaatkan hasil litbang untuk kelola lahan gambut



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku usaha kehutanan dan perkebunan di Indonesia berupaya melakukan praktik terbaik untuk memastikan lahan gambut dapat dikelola secara berkelanjutan.

Pemanfaatan hasil litbang menjadi dasar untuk memastikan praktik terbaik pengelolaan gambut bisa dilakukan termasuk untuk pengelolaan tata air dan pemilihan spesies tanaman yang bisa dibudidayakan.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Indroyono Soesilo, yang juga Ketua Umum Forum Komunikasi Masyarakat Perhutanan Indonesia (FKMPI) mengungkapkan, tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan gambut di antaranya adalah soal cadangan air dan karbon, subsidensi, dan pencegahan kebakaran.


Selain itu berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Gambut No 71 tahun 2014 yang diperbarui dengan PP 57 tahun 2016 dan peraturan pelaksananya, muka air gambut dibatasi paling rendah 0,4 meter dari permukaan.

Baca Juga: Eddy Martono, Sekjen Gappki: Moratorium Belum Genjot Produktivitas

Terkait PP Gambut, menurut Indroyono, sebanyak 68 pemegang izin hutan tanaman yang  telah membuat dokumen pemulihan dengan luas areal mencakup 2,2 juta hektare dengan 5,669 unit titik pemantauan penataan dan 8.012 sekat kanal yang dibangun.

"Tujuan dari pengelolaan gambut untuk hutan tanaman adalah mengatur tinggi muka air agar gambut tetap lembap, bisa mencegah kebakaran dan subsidensi, namun tetap bisa optimal untuk pertumbuhan tanaman," katanya dalam keterangan resmi, Sabtu (23/10).

Indroyono menyatakan pemantauan dan pengendalian di lapangan terus dilakukan untuk memastikan tinggi muka air dan karakter gambut.  Ia juga menambahkan pengendalian dan pemantauan tinggi muka air menjadi bagian dari penurunan emisi.

Menurut Indroyono, penerapan praktik terbaik pengelolaan gambut oleh manajemen hutan tanaman diharapkan bisa mendukung tersedianya bahan baku kayu yang dibutuhkan untuk memasok industri di tanah air.

APHI menargetkan ekspor produk hasil hutan kayu dan non kayu bisa mencapai US$60 miliar di tahun 2045 dan menciptakan lapangan kerja langsung bagi 6,5 juta orang.

Editor: Yudho Winarto