Pengusaha ingin ikut garap lahan sawit perbatasan



JAKARTA. Pengusaha sawit menyambut baik rencana pemerintah membuka lahan perbatasan sebagai lahan bagi tanaman kelapa sawit. Pembukaan lahan baru dapat meningkatkan produksi crude palm oil (CPO) yang saat ini stagnan. Hanya saja, pengusaha sawit menyarankan agar pemerintah membuka peluang swasta turut menggarap lahan sawit perbatasan.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Joko Supriyono menyebut, ada sekitar 2 juta hektare (ha) potensi perbatasan lahan di Kalimantan yang bisa dimanfaatkan. Ini lebih besar ketimbang hitungan pemerintah yang menyebut daerah perbatasan lahan yang dapat dioptimalkan menjadi kebun seluas 1 juta ha.

Lahan seluas 2 juta ha tersebut bisa memberi potensi produksi tambahan CPO hingga mencapai 10 juta ton. "Itu sebabnya kami berharap agar pemerintah juga memberikan peluang kepada swasta. Toh, kalau digarap swasta juga akan melibatkan petani karena ada sistem kemitraan. Bisa saja porsi kemitraan dengan petani diperbesar dari ketentuan minimal 20%," tandas Joko kepada KONTAN, pekan lalu.


Apalagi investasi untuk pembangunan perbatasan sawit juga tidak murah. Ia menyebut saat ini investasi bisa mencapai Rp 80 juta sampai Rp 100 juta per hektare untuk membangun kebun. Investasi tersebut belum termasuk pembangunan infrastruktur plus pembangunan pabrik kelapa sawit (PKS).

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menjanjikan pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit di perbatasan negara, khususnya di Kalimantan seluas 1 juta ha. Lahan tersebut akan diberikan kepada rakyat dan para transmigran yang ingin memiliki lahan kebun seluas 1 ha.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Harris Hadinata