JAKARTA. Harga minyak dan batubara memang tak selamanya bersahabat. Sudah tahu begitu, para pengusaha jasa perkapalan tetap saja mempertahankan sektor minyak dan batubara sebagai tumpuan pendapatan. PT Berlian Laju Tanker Tbk misalnya, mengaku bisnis perkapalan saat ini masih cukup menantang. Apalagi, perusahaan berkode seham BLTA di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut hanya fokus melayani pengangkutan minyak dan gas (migas). Tak ayal, saat harga minyak dan gas melempem, kinerja Berlian Laju Tanker ikut melempem. "Ya karena memang pasarnya sendiri susah diprediksi, sering naik dan turun, jadi ya pengaruh juga ke bisnis," kata Siana Anggraeni Surya, Direktur Utama PT Berlian Laju Tanker Tbk, saat ditemui usai rapat umum pemegang saham (RUPS) di Jakarta, Jumat (7/7).
Meski begitu, Berlian Laju Tanker tetap mempertahankan segmen pasar pengangkutan migas. Pada saat yang bersamaan, perusahaan tersebut akan berupaya memperbaiki kinerja. PT Logindo Samudramakmur Tbk juga bertahan dengan pengangkutan migas. Sebab, mereka tak bisa serta-merta mengubah segmen pasar. "Kapal kami bidang
oil and gas dengan spesifikasi khusus jadi tidak bisa
switch," terang Sundap Carulli, Direktur Keuangan PT Logindo Samudramakmur Tbk saat dihubungi KONTAN, Jumat (7/7). Mengintip laporan keuangan Logindo per kuartal I 2017, ada tiga pelanggan besar yang masing-masing menyumbang pendapatan lebih dari 10% terhadap total pendapatan US$ 5,6 juta. Terbesar, Total E&P Indonesie dengan kontribusi US$ 2,58 juta. Dua pelanggan lain, yaitu PC Muriah Ltd. sebesar US$ 1,03 juta dan BUT Eni Muara Bakau B.V. sebesar US$ 0,16 juta. Sementara pemain lain, PT Trans Power Marine Tbk mempertahankan segmen pengangkutan barang curah. Mayoritas barang yang mereka angkut adalah batubara. Sisanya berupa pengangkutan
woodchips atau bahan baku kertas dan bahan baku semen. Sedikit berbeda dengan PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk. Mulai semester II 2017 ini mereka menghindari segmen pasar
liquified natural gas (LNG). Sebagai ganti, Humpuss Intermoda akan fokus melayani pengangkutan sektor non LNG. Salah satu yang mereka bidik adalah pengangkutan bahan bakar minyak (BBM). Pertimbangan Humpuss Intermoda adalah potensi pertumbuhan pasar pengangkutan BBM senantiasa bergerak seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk. Disamping, ada pertumbangan tender pembangkit listrik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) yang masih jalan di tempat. Hal itu menbikin mereka tak bisa segera meneken kontrak pengangkutan LNG. Memilih sewa kapal Para pengusaha perkapalan sadar, fluktuasi harga migas maupun batubara memuat risiko bisnis. Meskipun belakangan harga migas dan batubara bergeliat, tantangan bisnis masih terasa. Karena itu mereka memilih menahan belanja kapal. Kalaupun nanti perlu tambahan kapal, pengusaha perkapalan memilih menyewa kapal dari pihak ketiga. "Nanti mereka yang angkut kami ambil margin saja. Margin sewa hanya sekitar 5%," terang Rudy Sutiono, Direktur PT Trans Power Marine Tbk kepada KONTAN Kamis (6/7). Adapun alokasi dana belanja modal atawa
capital expenditure (capex) Trans Power Marine tahun ini hanya untuk
docking dan perawatan kapal. Besarannya antara US$ 2 juta- US$ 3 juta. Kapal-kapal Trans Power Marine melayani pengangkutan batubara di dalam negeri dan luar negeri. Pelanggan lokal mereka, yakni PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Mereka mengangkut batubara untuk kebutuhan bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Sementara pelanggan besar swasta Trans Power Marine adalah Grup Sinarmas. Manajemen perusahaan itu bilang, 30% pengangkutan batubara untuk menyuplai permintaan pembangkit listrik Grup Sinarmas. Hingga saat ini, Trans Power Marine memiliki 35 set kapal tunda alias
tugboat dan kapal tongkang. Tingkat keterpakaian 100% atau terpakai semua.
Selain kapal tunda dan kapal tongkang, Trans Power Marine memiliki tiga set
floating crane untuk mendukung aktivitas ekspor. Fungsi alat tersebut untuk memindahkan batubara dari kapal tongkang ke kapal besar. Hingga akhir tahun nanti, Trans Power Marine membidik pertumbuhan pendapatan sebesar 10%-20% dibandingkan dengan tahun 2016. Realisasi pendapatan perusahaan itu pada tahun lalu, yakni US$ 33,18 juta. Sementara Logindo berencana meningkatkan utilitas kapal dari tahun lalu di bawah 40%, menjadi 50% sampai akhir tahun 2017 nanti. Perusahaan berkode saham LEAD di BEI itu membekali diri dengan capex sebesar US$ 200.000. "Semester kedua bisa positif, tren mulai membaik," ujar Sundap. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini