JAKARTA. PT Bevananda Mustika, perusahaan manufaktur dalam negri yang bergerak di bidang pengolahan kawat besi dan baja, mengajukan perlindungan ke Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) dari serangan produk impor yang sejenis. Bevananda meminta KPPI mendorong Kementrian Perdagangan (Kemdag) mengeluarkan tindakan pengamanan alias safeguard measures karena impor produk tersebut meningkat drastis. Halida Miljani, Ketua KPPI, menjelaskan, Bevananda sudah mengajukan permohonan perlindungan itu beberapa waktu yang lalu. Produk yang diduga merugikan pengusaha dalam negeri itu adalah kawat besi atau baja berbentuk kotak, silinder, atau lembaran dengan nomor HS 7326.20.90.00. Produk ini berdiameter 2 -5 milimeter (mm), berbentuk hexagonal sebesar 50 - 120 mm. "Permohonan sudah masuk, kami akan menyelidiki terlebih dahulu," kata Halida, dalam keterangan pers, Senin (22/8). Dari penyelidikan awal, Halida mengakui menemukan bukti yang membenarkan aduan tersebut. "Volume impor produk tersebut memang meningkat drastis," ujar Halida. Sayangnya, ia enggan merinci peningkatan volume impor tersebut.
Pengusaha kawat minta perlindungan dari produk impor
JAKARTA. PT Bevananda Mustika, perusahaan manufaktur dalam negri yang bergerak di bidang pengolahan kawat besi dan baja, mengajukan perlindungan ke Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) dari serangan produk impor yang sejenis. Bevananda meminta KPPI mendorong Kementrian Perdagangan (Kemdag) mengeluarkan tindakan pengamanan alias safeguard measures karena impor produk tersebut meningkat drastis. Halida Miljani, Ketua KPPI, menjelaskan, Bevananda sudah mengajukan permohonan perlindungan itu beberapa waktu yang lalu. Produk yang diduga merugikan pengusaha dalam negeri itu adalah kawat besi atau baja berbentuk kotak, silinder, atau lembaran dengan nomor HS 7326.20.90.00. Produk ini berdiameter 2 -5 milimeter (mm), berbentuk hexagonal sebesar 50 - 120 mm. "Permohonan sudah masuk, kami akan menyelidiki terlebih dahulu," kata Halida, dalam keterangan pers, Senin (22/8). Dari penyelidikan awal, Halida mengakui menemukan bukti yang membenarkan aduan tersebut. "Volume impor produk tersebut memang meningkat drastis," ujar Halida. Sayangnya, ia enggan merinci peningkatan volume impor tersebut.