Pengusaha: Kenaikan harga indeks BBN belum cukup



JAKARTA. Kementerian ESDM telah memutuskan perubahan Harga Indeks Pasar Bahan Bakar Nabati (HIP BBN) menjadi 103,48% per kiloliter dari 100%. Namun kenaikan harga HIP BBN dinilai belum cukup bagi pengusaha BBN atau biodiesel.

Bambang Suyitno, Investor Relations PT Eterindo Wahanatama Tbk mengapresiasi usaha pemerintah untuk menaikkan HIP dari 100% Mean of Platts Singapore (MOPS) ditambah  3,48% menjadi 103,48% MOPS.

Namun besar kenaikannya dinilai belum cukup atau sesuai dengan kondisi harga yang terus berubah. Menurut Bambang, HIP tidak bisa diputuskan hanya berdasarkan pergerakan MOPS dan bahan baku.


"MOPS amat bergantung pada minyak mentah (crued oil) yang terjadi karena pengaruh geopolitik yakni persediaan dan permintaan. Sedangkan bahan baku nabati berbeda. Komoditas kelapa sawit dipengaruhi cuaca yang mempengaruhi harga bisa naik atau tinggi," terang Bambang pada Selasa (30/4).

Tidak hanya sampai disitu, kelapa sawit dan kedelai juga amat terpengaruh dengan kebutuhan pangan. Satu sisi harus mencukupi kebutuhan pangan sisi lain sebagai bahan biodiesel.

Seperti diketahui, pemerintah memberikan insentif harga lebih tinggi kepada produsen bahan bakar nabati (BBN) yang terdiri dari biodiesel dan bioetanol agar mau memasok ke Pertamina.

Saat ini harga MOPS untuk solar US$ 750 per KL. Dengan perhitungan ini, berarti harga jual produsen biodiesel US$  776,1 per KL. Maka produsen biodiesel akan diuntungkan dan negara tidak akan lagi impor solar ke depannya jika pasokan biodiesel mulai banyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan