Pengusaha khawatir teh lokal tak penuhi kebutuhan



JAKARTA. Teh akan menjadi salah satu komoditas yang diperdagangkan di Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) pada tahun depan. Meski mendapat respon positif, namun kekhawatiran juga melanda pengusaha teh. 

Dengan penurunan produksi teh di tanah air, pengusaha teh lokal khawatir kebutuhan pasar dalam negeri tidak akan terpenuhi. Malah akan diisi oleh impor teh yang volumenya terus mendaki. 

Direktur Utama PT Mitra Kerinci Agung P. Murdanoto mengatakan, meningkatkan produktivitas mutlak dilakukan jika Indonesia ingin memenangkan pasar dunia. Selain juga kualitas teh yang dihasilkan haruslah standard dunia agar laku di pasar.


"Swasta mungkin siap karena mereka punya sistem, logistik dan standard produksi yang bagus. Namun kalau bicara skala industri teh UKM atau BUMN belum tentu," ujar Agung, Rabu (3/9). 

Dia mengatakan produksi teh nasional sejak tiga tahun terakhir terus mengalami penurunan. Dengan kondisi itu maka dikhawatirkan produk lokal akan semakin tersingkir di pasar dalam negeri. Untuk itu perlu ada peningkatan produktivitas seperti, perapatan lahan tanam, memaksimalkan sisa luas lahan baru seluas 500 ha, serta menyiapkan logistik untuk menghindari terjadinya penyusutan.

Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat tahun 2010 produksi teh mencapai 156.604 ton, kemudian di 2011 turun menjadi 150.776 ton, dan sebesar 145.575 ton pada 2012. Untuk tahun 2013 naik menjadi 146.682 ton.

Kondisi ini lumrah terjadi mengingat lahan teh juga terus menyusut hingga di 2013 mencapai 122.205 hektare (ha) dari sebelumnya di tahun 2010 seluas 122.898 ha. Sementara volume impor teh justru naik sejak tahun 2010 dari 10.900 ton menjadi 19.800 ton di 2011. Kemudian 2012 menjadi 24.400 ton, dan  2013 sedikit menurun di angka 20.579 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa