Pengusaha konsolidasi siapkan mogok produksi



JAKARTA. Tak hanya buruh yang kerap mengancam mogok kerja, kini giliran pengusaha yang akan mengambil jalan ekstrem dengan bersiap mogok berproduksi. Tindakan ini diambil pengusaha lantaran jengah dengan aksi buruh yang menjurus anarkis seperti melakukan perusakan dan penggerebekan.

Adapun, pemerintah terkesan tutup mata, tak memberikan jaminan keamanan dan kenyamanan dalam keberlangsungan usaha.Sikap ini yang terlontar  dari Forum Komunikasi Asosiasi Nasional yang beranggotakan 23 asosiasi industri. Bila pengusaha benar merealisasikan ancamannya maka akan memperuncing hubungan industrial ketenagakerjaan.

Pratjojo Dewo, Ketua Himpunan Industri Alat Besar Indonesia bilang, pengusaha belum bisa memastikan kapan aksi mogok produksi akan dilakukan.  Saat ini, asosiasi industri tengah melakukan konsolidasi terkait rencana mogok produksi nasional itu. Rencananya, mogok produksi itu akan dilakukan selama dua atau tiga hari. Pengusaha juga sudah siap dengan risiko kerugian akibat mogok produksi tersebut. "Kalau tiga hari saja, rugi perusahaan sekitar 10% dari total ongkos produksi dalam dua puluh hari," ungkap Pratjojo, kemarin (5/11).


Tapi, mogok produksi adalah opsi terakhir jika demo buruh makin marak dan tidak ada sikap tegas dan jaminan keamanan dari pemerintah dalam mengatasi problem tersebut. "Kami tak ingin keputusan terkait ketenagakerjaan dihasilkan atas paksaan, tekanan dan intimidasi karena bisa batal demi hukum," tandasnya.

Rachmat Gobel, pemegang saham PT Gobel Internasional menyatakan, aksi buruh dan tuntutan kenaikan upah bisa mendorong investor hengkang dari Indonesia. Menurutnya, tak ada jaminan keamanan di sektor industri bisa berakibat perusahaan sulit memperbesar kapasitas pabrik dan skala usahanya.

Rumor bakal hengkangnya sejumlah perusahaan  dari Indonesia rentan dimanfaatkan oleh negara-negara lain. "Mereka bisa menarik investor yang berencana hengkang dari Indonesia," kata dia.

Said Iqbal, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) meragukan ancaman pengusaha yang bakal mogok produksi. Ia melihat, ancamana pengusaha itu hanya gertak sambal untuk mempertahankan sistem outsourcing dan upah murah.Menurut Said, pernyataan Forum Komunikasi Asosiasi Nasional menyesatkan, karena tidak ada investor terutama asing yang hengkang dari Indonesia. "Tindakan serikat kerja menggerebek hanya kepada perusaaan nakal yang melanggar aturan outsourcing," tegasnya.

Kepala Pusat Humas Kemnakertrans, Suhartono berjanji akan memfasiltasi ruang diskusi terkait ancaman mogok kerja buruh dan mogok produksi oleh pengusaha. "Keresahan kalangan pengusaha atas keamanan memerlukan ketegasan dari kepolisian," jelasnya. Pemerintah juga akan mengajak duduk bersama antara buruh dan pengusaha untuk menuntaskan isu-isu perburuhan lain yang menjadi  sumber masalah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dadan M. Ramdan