Pengusaha lele keluhkan harga, bibit, dan pakan



JAKARTA. Bisnis ikan lele berprospek bagus karena permintaannya tinggi. Sayang, perdagangan komoditas ini sulit berkembang, karena berbagai hambatan. Itu antara lain, harga yang tak kunjung meningkat sementara pakan semakin mahal, dan pengusaha yang kesulitan mendapatkan bibit unggul.

Fauzan Hangriawan, pemilik Sylva Farm di Bogor, bilang, bisa menjual lele sebanyak 200 kilogram (kg) per hari. Lele itu berasal dari budidaya di lima kolam, serta peternak lele di sekitarnya. "Tapi, harga lele tidak pernah sesuai harapan kami," papar Fauzan, Senin (31/10).

Harga lele belum beranjak sejak beberapa tahun lalu, yakni Rp 10.500 per kg. Bahkan, pada beberapa bulan yang lalu, harga lele sempat turun di bawah Rp 9.000 per kg. Sedangkan harga pakan selalu naik sekitar Rp 200 per kg setiap tiga bulan. "Sekarang, harga pakan sudah mencapai Rp 7.500 per kg. Keuntungan kami semakin tipis," keluh Fauzan.


Selain itu, pengusaha juga kesulitan mendapatkan bibit unggul dan harganya juga naik sekitar Rp 10 per ekor. Kini, banderol bibit lele berukuran 5 cm - 6 cm Rp 160 per ekor, sedangkan bibit berukuran 6 cm - 7 cm Rp 250. "Jumlahnya juga terbatas, karena pembudidaya bibit terbatas," tambah Fauzan.Fauzan menambahkan, dengan berbagai kenaikan harga itu, seharusnya harga jual lele juga meningkat. Menurutnya, harga ideal lele ke pengusaha rumah makan Rp 13.000 - Rp 13.500 per kg.

Kesulitan eksporThomas Darmawan, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I), berkata, ekspansi pemasaran lele juga sulit terlaksana. Meskipun sudah banyak mempromosikan produk dan olahan lele di luar negeri, namun tidak laku. "Ukuran lele kecil dan konsumen di Eropa atau Amerika lebih menyukai ikan laut," kata Thomas.

Ketut Sugema, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), menjelaskan, hambatan di sektor pemasaran memang menjadi pekerjaan rumah yang harus segera dicarikan solusinya. Soalnya, produksi lele tahun ini bakal melonjak 35,56% dari tahun lalu menjadi 366.000 ton. Dari Januari-September lalu, total produksi lele sudah mencapai 290.000 ton, melebihi produksi tahun 2010 270.000 ton.

Ketut mencatat, sekitar 50% produksi lele tahun lalu untuk memenuhi pasokan pedagang pecel lele. Sedangkan sisanya, dijual langsung ke konsumen atau industri kecil menengah olahan lele. "Bila pertumbuhan produksi dan konsumsi tak sebanding, semakin banyak lele di pasaran konsumen. Akibatnya, harga bisa tertekan," papar Ketut.

Seperti yang berlangsung pada bulan September lalu, harga lele sempat turun ke Rp 9.500 per kg, bulan sebelumnya di atas Rp 10.000 per kg. Oktober ini, harga lele sudah normal kembali Rp 10.500 per kg. Namun, dengan lonjakan produksi, harga lele bisa saja turun lagi.

Oleh karena itu, KKP pun menghentikan program pembentukan sentra budidaya lele. Padahal, sejak beberapa tahun, KKP terus mensosialisasikan budidaya lele di berbagai daerah yang menghasilkan sentra di Bogor, Boyolali, Gunung Kidul, dan Bantul, Yogyakarta. "Untuk sementara, kami hentikan dulu pembangunan sentra pembudidayaan lele, karena takut produksinya semakin melimpah," tandas Ketut. n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: