KONTAN.CO.ID - JAKARTA. SKK Migas diminta untuk memprioritaskan
lead consortium di-
handle oleh perusahaan lokal saat
dual Front Engineering End Design (FEED) dan EPC untuk Kilang LNG dan
Floating Production Storage & Offloading (FPSO) di proyek Lapangan Gas Abadi blok Masela, Laut Timor,Maluku. Pasalnya, Direktur Eksekutif Gabungan Asosiasi Usaha Penunjang Energi dan Migas (Guspenmigas) Kamaluddin Hasyim menyebut pihaknya mendapat kabar bahwa SKK Migas meminta
lead consortium-nya bukan dari perusahaan lokal namun mengedepankan perusahaan internasional ketimbang dalam negeri Indonesia.
Baca Juga: Anjlok 57,67%, kontrak baru Adhi Karya (ADHI) hingga November 2019 baru Rp 9,1 T Diharapkan pejabat SKK Migas yang mengerti aturan tentang PTK 007.dan sudah adanya PP No.29 tahun 2018, Dimana aturan itu mengedepankan perusahaan lokal dan barang wajib sebagai
lead consortium. "Itu sebabnya kami meminta SKK Migas jangan setengah hati mendukung P3DN di
project Masela dan
project-project lainnya di lingkup migas," kata Kamaluddin Hasyim dalam keterangan pers,Senin (9/12). Guspenmigas mendapatkan informasi bahwa lelang pra kualifikasi FEED di proyek Kilang LNG Masela memilih konsorsium
project dengan
lead-nya perusahaan asing. Padahal, secara portofolio kemampuan perusahaan dalam negeri Indonesia sudah sederajat dengan perusahaan asing. "Saya mengingatkan dan mengharapkan ke K3S Inpex, semua Barang dan Jasa. yang ditawarkan oleh anggota Guspenmigas wajib bisa masuk ke proyek Masela. Kenapa? Karena Anggota Asosiasi dan perusahaan yang sudah berpengalaman diberbagai proyek. LNG Tangguh, Badak, Arun, dan sudah pernah kita kerjakan dan dipakai barangnya. Sedangkan untuk Kilang RDMP kita sedang berproses untuk dikerjakan, dan di-
supply barangnya atas dasar pengalaman dan kemampuan di Indonesia," jelas Kamaluddin.
Baca Juga: IATMI: Skema bagi hasil migas harus menarik dan fleksibel Para anggota Guspenmigas yang adalah GAPENRI (Gabungan Perusahaan Nasional Rancang Bangun Indonesia), INKINDO (Ikatan Nasional Konsultan Indonesia), APTINDO (Asosiasi Perusahaan Inspeksi Teknik Indonesia), APMI (Asosiasi Pemboran Migas Indonesia), APROPIPE (Asosiasi Produsen Pipa Pemboran Migas Indonesia), APWI (Asosiasi Produsen Wellhead Indonesia).
Lalu GAPIPA (Himpunan Pabrik Pipa Baja Seluruh Indonesia), INSA (Indonesia Nasional Shipowner’s Association), APROKIP (Asosiasi Produsen Kimia Penunjang Migas), INPEMIGAS (Asosiasi Industri Penunjang Migas), ASMETI (Asosiasi Sistem Metering Indonesia), APCI (Asosiasi Produsen Cat Indonesia). Selanjutnya IISIA (The Indonesian Iron and Steel Industry Association), APPAI (Asosiasi Produsen Pompa Angguk Indonesia), APPCI (Association Personal Protective Clothing Indonesia) dan AFABI (Asosiasi Fabrikator Indonesia).
Baca Juga: Begini strategi Mitrabara Adiperdana (MBAP) perbaiki kinerja di sisa tahun ini Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi