KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para pelaku industri manufaktur melihat kondisi perekonomian global dan Indonesia penuh tantangan di tahun 2019. Hanya saja para Direksi melihat hal tersebut tak membuat mereka menunda ekspansinya. Mukiat Sutikno, Presiden Direktur Hyundai Motor Indonesia menjelaskan ekonomi global belum banyak berubah. Karena posisi perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina diprediksi masih tetap akan berlanjut. "Sehingga posisi Indonesia agak terjepit walaupun ini juga memmbuat Indonesia jadi lebih memiliki peluang untuk ditanamkan investasinya," kata Mukiat kepada KONTAN, Jumat (28/12). Alhasil kondisi ekonomi Indonesia diprediksi masih rentan. Sehingga Mukiat melihat pengusaha di Indonesia akan banyak wait and see dalam menentukan sikap bisnisnya dalam waktu satu hingga dua tahun kedepan. "Untuk ekspansi kami tetap lanjut. Meski saat ini belum final decision," kata Mukiat Sementara itu menurut Silmy Karim, Direktur Utama PT Krakatau Steel menjelaskan kondisi makro ekonomi Indonesia masih aman dan prospektif. Namun diliputi tantangan kondisi perang dagang AS dan China. "Tapi sektor baja masih berpotensi untuk ekspansi," kata Silmy kepada KONTAN, Jumat (28/12). Didik Prasetyo, Dirut PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) menjelaskan kondisi makro ekonomi Indonesia di kuartal III-2018 sudah menunjukkan kondisi yang positif. Di tahun depan kondisi ini diprediksi tetap akan berlanjut. Didik menambahkan arah belanja pemerintah pun sudah di jalan yang benar. Mengingat lima tahun pertama pemerintahan Jokowi fokus pada pembangunan infrastruktur dengan tembusnya tol trans jawa. "Bila pemerintahan tahun 2019 ini berganti, justru menimbulkan tanda tanya karena saya belum pernah mendengar program-program nyata yang akan dilaksanakan oleh Capres atau Cawapres nomor 2," kata Didik kepada KONTAN, Jumat (28/12). Sementara itu mengenai kondisi perang dagang, Didik menjelaskan kondisi tersebut harus dijadikan sebagai peluang untuk mendorong investor global masuk ke Indonesia. Melihat kondisi dalam dan luar negeri tersebut, Didik menjelaaskan potensi pengembangan bisnis sangat besa. "Sudah ada beberapa investor global tertarik untuk menanamkan modalnya ke Indonesia," kata Didik. Direktur Utama PT Martina Berto Tbk (MBTO) Bryan David Emil menjelaskan pemerintahan Joko Widodo akan mampu menjaga kondisi ekonomi Indonesia lebih baik dengan gaya kerjanya. Kondisi tersebut didukung oleh belanja negara yang masih berjalan sesuai arah dan juga ditambah konsumsi masyarakat yang digenjot di tahun politik. "Indonesia tidak tinggal diam saat perang dagang yang berlangsung. Dan kita lihat APBN yang realistis itu baik," kata Bryan kepada KONTAN, Jumat (28/12). Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pengusaha manufaktur: Tahun depan banyak tantangan
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para pelaku industri manufaktur melihat kondisi perekonomian global dan Indonesia penuh tantangan di tahun 2019. Hanya saja para Direksi melihat hal tersebut tak membuat mereka menunda ekspansinya. Mukiat Sutikno, Presiden Direktur Hyundai Motor Indonesia menjelaskan ekonomi global belum banyak berubah. Karena posisi perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina diprediksi masih tetap akan berlanjut. "Sehingga posisi Indonesia agak terjepit walaupun ini juga memmbuat Indonesia jadi lebih memiliki peluang untuk ditanamkan investasinya," kata Mukiat kepada KONTAN, Jumat (28/12). Alhasil kondisi ekonomi Indonesia diprediksi masih rentan. Sehingga Mukiat melihat pengusaha di Indonesia akan banyak wait and see dalam menentukan sikap bisnisnya dalam waktu satu hingga dua tahun kedepan. "Untuk ekspansi kami tetap lanjut. Meski saat ini belum final decision," kata Mukiat Sementara itu menurut Silmy Karim, Direktur Utama PT Krakatau Steel menjelaskan kondisi makro ekonomi Indonesia masih aman dan prospektif. Namun diliputi tantangan kondisi perang dagang AS dan China. "Tapi sektor baja masih berpotensi untuk ekspansi," kata Silmy kepada KONTAN, Jumat (28/12). Didik Prasetyo, Dirut PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) menjelaskan kondisi makro ekonomi Indonesia di kuartal III-2018 sudah menunjukkan kondisi yang positif. Di tahun depan kondisi ini diprediksi tetap akan berlanjut. Didik menambahkan arah belanja pemerintah pun sudah di jalan yang benar. Mengingat lima tahun pertama pemerintahan Jokowi fokus pada pembangunan infrastruktur dengan tembusnya tol trans jawa. "Bila pemerintahan tahun 2019 ini berganti, justru menimbulkan tanda tanya karena saya belum pernah mendengar program-program nyata yang akan dilaksanakan oleh Capres atau Cawapres nomor 2," kata Didik kepada KONTAN, Jumat (28/12). Sementara itu mengenai kondisi perang dagang, Didik menjelaskan kondisi tersebut harus dijadikan sebagai peluang untuk mendorong investor global masuk ke Indonesia. Melihat kondisi dalam dan luar negeri tersebut, Didik menjelaaskan potensi pengembangan bisnis sangat besa. "Sudah ada beberapa investor global tertarik untuk menanamkan modalnya ke Indonesia," kata Didik. Direktur Utama PT Martina Berto Tbk (MBTO) Bryan David Emil menjelaskan pemerintahan Joko Widodo akan mampu menjaga kondisi ekonomi Indonesia lebih baik dengan gaya kerjanya. Kondisi tersebut didukung oleh belanja negara yang masih berjalan sesuai arah dan juga ditambah konsumsi masyarakat yang digenjot di tahun politik. "Indonesia tidak tinggal diam saat perang dagang yang berlangsung. Dan kita lihat APBN yang realistis itu baik," kata Bryan kepada KONTAN, Jumat (28/12). Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News