KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS) akan berdampak kurang baik bagi perkembangan ekspor produk kayu, mebel hingga rotan dari Indonesia ke Paman Sam. Kebijakan Trump terutama yang mengutamakan pendekatan proteksionisme, seperti menaikkan tarif impor dan memperketat regulasi, berpotensi mempersulit akses produk mebel dan kerajinan Indonesia ke pasar AS. "Jika Trump kembali menerapkan kebijakan serupa, ekspor kita ke AS mungkin akan terdampak, terutama dalam hal peningkatan harga jual di pasar AS akibat tarif impor," ungkap Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki) Abdul Sobur saat dihubungi Kontan, Kamis (07/11). Baca Juga: Kebijakan Proteksionisme Donald Trump Hadirkan Tantangan dan Peluang Bagi Indonesia Produk Indonesia perlu tetap kompetitif dalam kualitas dan desain agar dapat bersaing. Namun, menurut Abdul AS memiliki permintaan yang stabil untuk produk-produk unik dari luar negeri, seperti mebel dan kerajinan dengan sentuhan khas dari Indonesia. "Maka, selama kualitas, inovasi, dan daya tarik produk tetap kuat, kita bisa bertahan dan bersaing, meskipun ada tantangan dari segi harga," tambahnya. Meski ada tantangan dari sisi harga, Indonesia memiliki keuntungan karena masih mendapatkan fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) dari AS. Adapun, fasilitas GSP ini telah diperpanjang Indonesia pada 30 Oktober 2020, ini merupakan fasilitas pembebasan bea masuk yang diberikan AS dalam rangka meningkatkan akses pasar bagi negara-negara berkembang. "Ini (GSP) bisa kita manfaatkan untuk ambil ceruk yang nantinya ditinggalkan oleh China. Meskipun di sana ada Vietnam, Kanada dan Meksiko yang sudah siap ambil benefit," tambahnya. Adapun, berdasarkan data terbaru dari HIMKI, ekspor produk kayu dan mebel-rotan ke AS mencapai nilai yang cukup signifikan, dengan komposisi 52% dari total ekspor sepanjang tahun 2023 lalu. "Atau sekitar US$ 1,3 miliar, itu untuk furniture aja per tahun meski ada penurunan dalam 2 tahun terakhir," ungkapnya. Abdul menambahkan pasar AS adalah salah satu pasar terbesar untuk produk-produk mebel Indonesia, dan HIMKI secara aktif akan terus memantau perkembangan kebijakan perdagangan AS untuk memastikan ekspor tetap stabil. Baca Juga: Menguak Dinamika Hubungan AS dengan China, Rusia dan NATO di Bawah Kepemimpinan Trump
Pengusaha Mebel dalam Negeri Wanti-wanti Kebijakan Proteksionisme Donald Trump
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS) akan berdampak kurang baik bagi perkembangan ekspor produk kayu, mebel hingga rotan dari Indonesia ke Paman Sam. Kebijakan Trump terutama yang mengutamakan pendekatan proteksionisme, seperti menaikkan tarif impor dan memperketat regulasi, berpotensi mempersulit akses produk mebel dan kerajinan Indonesia ke pasar AS. "Jika Trump kembali menerapkan kebijakan serupa, ekspor kita ke AS mungkin akan terdampak, terutama dalam hal peningkatan harga jual di pasar AS akibat tarif impor," ungkap Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki) Abdul Sobur saat dihubungi Kontan, Kamis (07/11). Baca Juga: Kebijakan Proteksionisme Donald Trump Hadirkan Tantangan dan Peluang Bagi Indonesia Produk Indonesia perlu tetap kompetitif dalam kualitas dan desain agar dapat bersaing. Namun, menurut Abdul AS memiliki permintaan yang stabil untuk produk-produk unik dari luar negeri, seperti mebel dan kerajinan dengan sentuhan khas dari Indonesia. "Maka, selama kualitas, inovasi, dan daya tarik produk tetap kuat, kita bisa bertahan dan bersaing, meskipun ada tantangan dari segi harga," tambahnya. Meski ada tantangan dari sisi harga, Indonesia memiliki keuntungan karena masih mendapatkan fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) dari AS. Adapun, fasilitas GSP ini telah diperpanjang Indonesia pada 30 Oktober 2020, ini merupakan fasilitas pembebasan bea masuk yang diberikan AS dalam rangka meningkatkan akses pasar bagi negara-negara berkembang. "Ini (GSP) bisa kita manfaatkan untuk ambil ceruk yang nantinya ditinggalkan oleh China. Meskipun di sana ada Vietnam, Kanada dan Meksiko yang sudah siap ambil benefit," tambahnya. Adapun, berdasarkan data terbaru dari HIMKI, ekspor produk kayu dan mebel-rotan ke AS mencapai nilai yang cukup signifikan, dengan komposisi 52% dari total ekspor sepanjang tahun 2023 lalu. "Atau sekitar US$ 1,3 miliar, itu untuk furniture aja per tahun meski ada penurunan dalam 2 tahun terakhir," ungkapnya. Abdul menambahkan pasar AS adalah salah satu pasar terbesar untuk produk-produk mebel Indonesia, dan HIMKI secara aktif akan terus memantau perkembangan kebijakan perdagangan AS untuk memastikan ekspor tetap stabil. Baca Juga: Menguak Dinamika Hubungan AS dengan China, Rusia dan NATO di Bawah Kepemimpinan Trump
TAG: