JAKARTA. Rencana penghentian ekspor bahan baku rotan, membuat para pengusaha mebel rotan di dalam negeri tertantang untuk memaksimalkan peluang pasar. Terutama pasar yang bakal ditinggalkan China karena tidak mendapat pasokan bahan baku rotan lagi. Peluang pasar yang diincar, terutama pasar mebel rotan domestik China mencapai US$ 1,3 miliar per tahun.Sekjen Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI), Abdul Sobur, mengatakan, selama ini mebel rotan dari Indonesia tidak bisa memasuki pasar China. "Karena selama ini mebel lokal tidak mampu bersaing dengan industri mebel China yang tumbuh sangat besar. Setelah pasokan bahan baku distop, kita bisa masuk pasar China," kata Abdul, Rabu (2/11).Abdul mengatakan selama ini industri mebel rotan China fokus menggarap pasar dalam negeri. Sedangkan ekspor mereka hanya sebagian kecil saja. Jika bisa merebut pasar domestik China yang sebesar US$ 1,3 miliar, maka kinerja ekspor mebel rotan Indonesia akan melonjak. Dia optimistis mebel rotan Indonesia dapat menggantikan posisi mebel rotan dari China. Dari sisi desain, mebel rotan dalam negeri tidak kalah. Maklum, mebel rotan yang selama ini diproduksi di China merupakan mebel yang pernah dibuat di Indonesia tapi dimodifikasi. Minat pembeli dari China juga sudah terlihat dari pergelaran Indonesian Rattan Paviliun di China bulan Oktober lalu. Mendengar isu ekspor bahan baku rotan akan distop, pembeli mulai melakukan order sekitar US$ 10 juta untuk pengiriman hingga Desember 2011. Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), Ambar Tjahjono, mengatakan, untuk bisa menguasai pasar ekspor, industri mebel rotan harus mengikuti tren yang ada di dunia. Kebijakan stop ekspor bahan baku rotan menurutnya sudah bagus tapi dikeluarkan tidak pada saat yang tepat. Hal itu karena dunia tengah dilanda krisis hingga menyebabkan daya beli turun. Selain itu, ada tren mebel rotan tergantikan dengan mebel rotan sintetis. Aryan Wargadalam, Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kementerian Perindustrian, mengatakan, untuk bisa menangkap peluang setelah ekspor bahan baku rotan itu membutuhkan waktu. "Industri sedang terpuruk, di Cirebon saja hanya tinggal 30% industri mebel rotan yang masih bertahan," kata Aryan.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pengusaha mebel rotan lokal siap rebut pasar China
JAKARTA. Rencana penghentian ekspor bahan baku rotan, membuat para pengusaha mebel rotan di dalam negeri tertantang untuk memaksimalkan peluang pasar. Terutama pasar yang bakal ditinggalkan China karena tidak mendapat pasokan bahan baku rotan lagi. Peluang pasar yang diincar, terutama pasar mebel rotan domestik China mencapai US$ 1,3 miliar per tahun.Sekjen Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI), Abdul Sobur, mengatakan, selama ini mebel rotan dari Indonesia tidak bisa memasuki pasar China. "Karena selama ini mebel lokal tidak mampu bersaing dengan industri mebel China yang tumbuh sangat besar. Setelah pasokan bahan baku distop, kita bisa masuk pasar China," kata Abdul, Rabu (2/11).Abdul mengatakan selama ini industri mebel rotan China fokus menggarap pasar dalam negeri. Sedangkan ekspor mereka hanya sebagian kecil saja. Jika bisa merebut pasar domestik China yang sebesar US$ 1,3 miliar, maka kinerja ekspor mebel rotan Indonesia akan melonjak. Dia optimistis mebel rotan Indonesia dapat menggantikan posisi mebel rotan dari China. Dari sisi desain, mebel rotan dalam negeri tidak kalah. Maklum, mebel rotan yang selama ini diproduksi di China merupakan mebel yang pernah dibuat di Indonesia tapi dimodifikasi. Minat pembeli dari China juga sudah terlihat dari pergelaran Indonesian Rattan Paviliun di China bulan Oktober lalu. Mendengar isu ekspor bahan baku rotan akan distop, pembeli mulai melakukan order sekitar US$ 10 juta untuk pengiriman hingga Desember 2011. Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), Ambar Tjahjono, mengatakan, untuk bisa menguasai pasar ekspor, industri mebel rotan harus mengikuti tren yang ada di dunia. Kebijakan stop ekspor bahan baku rotan menurutnya sudah bagus tapi dikeluarkan tidak pada saat yang tepat. Hal itu karena dunia tengah dilanda krisis hingga menyebabkan daya beli turun. Selain itu, ada tren mebel rotan tergantikan dengan mebel rotan sintetis. Aryan Wargadalam, Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kementerian Perindustrian, mengatakan, untuk bisa menangkap peluang setelah ekspor bahan baku rotan itu membutuhkan waktu. "Industri sedang terpuruk, di Cirebon saja hanya tinggal 30% industri mebel rotan yang masih bertahan," kata Aryan.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News