Pengusaha Menilai Pembangunan Pabrik Semen di Papua Sulit



JAKARTA. Keinginan Pemerintah Daerah Papua untuk membangun pabrik semen di daerahnya diragukan pelaku usaha. Presiden Direktur Bosowa Corporation Erwin Aksa menilai, keinginan untuk membangun pabrik semen di Papua sangat tidak realistis. Hal itu mengingat ketersediaan infrastruktur yang terbatas sehingga menyulitkan investasi pabrik semen. Tidak hanya itu, Erwin menilai menilai pasar semen di Papua juga belum bisa menguntungkan karena masih terlalu kecil, sehingga kapasitas produksi dikhawatirkan tidak bisa ekonomis. “Agak sulit membangun industri semen di sana,” jelas Erwin, Rabu (24/2) Meski bahan baku di Papua tersedia, Erwin menilai, pelaku bisnis sulit melakukan produksi karena kapasitas produksi dan serapan pasar yang terlalu kecil. Erwin mencontohkan, Semen Kupang yang sulit bertahan karena rendahnya kapasitas produksi sehingga menjadi tidak ekonomis. Erwin memprediksi pasar semen di Papua termasuk wilayah Kupang itu bisa mencapai 600.000 ton. Selama ini, kebutuhan untuk wilayah Papua lebih banyak disuplai dari Makasar, Sulawesi Selatan. “Tapi jumlah pasarnya itu tersebar jadi angkutan logistiknya susah dilakukan,” tambah Erwin. Erwin mengklaim, saat ini sekitar 40% pangsa pasar semen di Papua sudah dikuasai oleh Bosowa. Namun dirinya mengaku sulit jika harus membangun pabrik semen di daerah tersebut lantaran sumber energi batu bara jauh dari Papua. “Kalaupun ada energi tersedia, maka jumlah ekonomis membangun pabrik semen itu adalah 1,5 juta ton,” katanya. Tapi, jika pemerintah daerah Papua bersikeras ingin melanjutkan proyek pembangunan pabriknya,Erwin berharap ada pembenahan infrastruktur listrik sehingga kendala investasi menyangkut pasokan energi bisa teratasi. Selain itu, menyangkut kendala transportasi termasuk pelabuhan yang dinilai akan berpengaruh agar biaya produksi semen di Papua tidak membengkak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Test Test