Pengusaha Mulai Was-was dengan Prospek Sektor Manufaktur ke Depan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Oktober 2023 berada di level 51,5. Angka ini turun 0,8 poin jika dibandingkan dengan capaian September 2023 yang berada pada level 52,3.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik  (Inaplas) Fajar  Budiono mengatakan, penurunan indeks manufaktur pada periode laporan tidak terlepas dari penurunan daya beli masyarakat yang semakin signifikan, terutama konsumsi makanan minuman (mamin) yang belum sepenuhnya pulih.

"Kelihatannya daya beli sudah turun banyak, konsumsi dalam negeri sudah drop. Makanan minuman juga belum cover," ujar Fajar kepada Kontan.co.id, Rabu (1/11).


Penurunan daya beli juga diperparah dengan pelemahan nilai tukar Rupiah yang membuat produk-produk manufaktur semakin mahal yang membuat masyarakat akan menahan belanja.

Baca Juga: Lampu Merah Industri Manufaktur Indonesia, PHK Massal Mengancam

"Nilai tukar Rupiah juga ampun kali sudah Rp 16 ribu. Jadi barang itu semakin mahal. Belum bisa mengimbangi kenaikan harga sehingga orang cenderung mengurangi belanja dulu," katanya.

Selain penurunan daya beli, anjloknya PMI Manufaktur Indonesia juga disebabkan oleh banjirnya impor barang jadi yang masuk ke pasar domestik. Dirinya khawatir, apabila hal tersebut tidak diatasi maka pabrik-pabrik di Indonesia juga terancam tutup.

Dengan kondisi tersebut, pengusaha mengaku mulai was-was dengan kondisi sektor manufaktur ke depan. Terlebih lagi, momen natal dan tahun baru (nataru) tampaknya belum terlalu mendongkrak PMI Manufaktur Indonesia.

Namun, dirinya berharap kegiatan kampanye Pemilu 2024 bisa menjadi berkah buat industri manufaktur serta mendongkrak PMI Manufaktur di akhir tahun nanti.

"Iya (masih was-was). Ini kan sebenarnya harapannya bukan nataru sebenarnya. Harapannya pilpres. ini kan ada kampanye-kampanye. Mudah-mudahan ini ada pergerakan, paling tidak di minuman lah nanti," terang Fajar.

"Tahun ini paling harapan bagus hanya di Desember saja," imbuhnya.

Asal tahu, sejalan dengan PMI Manufaktur Indonesia yang menurun pada Oktober 2023, kepercayaan industri juga melambat pada periode yang sama. Hal ini tercermin dari Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Oktober 2023 yang mencapai 50,70 atau melambat 1,81 poin dibandingkan September 2023.

Hal ini dipicu oleh pelemahan nilai tukar Rupiah yang menyebabkan biaya input untuk produk dengan bahan baku impor semakin tinggi, kemudian banjirnya produk impor, serta peredaran barang ilegal.

Baca Juga: PMI Manufaktur Indonesia Anjlok ke Level 51,5 pada Oktober 2023

Sebelumnya, Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman mengatakan, saat ini pelaku usaha industri makanan minuman mulai merasakan kondisi pasar yang mulai sepi dalam beberapa bulan terakhir.

Berdasarkan pengamatannya, hal ini dikarenakan lonjakan harga kebutuhan pokok sehingga membuat daya beli masyarakat menurun sehingga mengurangi konsumsi pangan sekunder.

"Setelah kita amati ternyata memang kelas menengah bawah ini daya belinya sedikit turun karena mungkin makanan pokok naik luar biasa. Misalnya beras, minyak goreng, telur, daging dan gula. Sehingga mereka tentu untuk mempertahankan hidupnya mereka mengurangi konsumsi pangan sekunder. Tentunya hal ini akan berpengaruh," ujar Adhi dalam acara d'Mentor, Jumat (6/10).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi