Pengusaha nilai rupiah ideal di kisaran Rp 9.000



JAKARTA. Sebagian pengusaha terutama eksportir mengeluhkan penguatan nilai tukar rupiah yang tak terbendung akibat derasnya arus modal asing (capital inflow) yang masuk ke Indonesia. Para pengusaha menilai, posisi rupiah yang saat ini terus menguat sudah cukup mengimpit.

“Memang yang diharapkan level aman itu bagi mereka (eksportir) di level Rp 9.000 per dolar AS, itu yang mereka bisa untung dari ekspor dan itu bisa bersaing dengan baik,” kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Sofjan Wanandi, Rabu (4/5).

Maklum saja, dengan posisi rupiah saat ini industri dalam negeri sulit bersaing dengan para kompetitornya. Pasalnya, harga barang-barang impor terlampau jauh lebih murah dari yang diproduksi industri dalam negeri. “Iya, pasti dampaknya buat pengusaha-pengusaha ini akan berimbas pada ekspor. Kita enggak bisa bersaing dengan mereka, karena kan impor itu jauh lebih murah,” jelasnya.


Ia juga menuturkan, industri garmen, tekstil, elektronik, dan industri sepatu dalam negeri merupakan salah satu industri yang paling terkena dampak penguatan rupiah. “Untuk dijual di dalam negeri pun, kita sudah susah karena persaingan barang impor yang lebih murah, apalagi untuk diekspor keluar,” tegasnya.

Menurut Sofjan, yang paling sulit saat ini memang posisi Bank Indonesia (BI) yang tengah menghadapi dilema, apakah harus terus mengintervensi laju rupiah atau membiarkan rupiah terus menguat. Pasalnya, intervensi rupiah pun memerlukan biaya yang cukup besar.

“Tapi susahnya kan umumnya yang masuk ini sebagian besar hot money bukan uang atau investasi jangka panjang. Ini bagaimana mencegah hot money-nya. Kalau intervensi dilepaskan lagi oleh BI, rupiah ini bisa menguat sampai Rp 8.000 per dolar AS. Ya lama-lama kan ini semakin menekan industri bisa-bisa banyak yang bangkrut,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Djumyati P.