KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) keberatan dengan keputusan pemerintah menghapus bidang usaha angkutan pariwisata dari daftar negatif investasi (DNI). Keputusan tersebut berpotensi memberikan dampak negatif bagi pengusaha angkutan pariwisata di Indonesia. Masuknya investor asing di bidang usaha angkutan pariwisata akan menciptakan persaingan yang tidak sehat melalui praktik akusisi perusahaan. “Mereka yang datang dengan modal lebih ini akan menjadi predator, kami anak bangsa akan diadu oleh mereka yang dari luar, seharusnya kami ini diproteksi,” kata Ketua Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan kepada Kontan.co.id, Minggu (18/11). Pria yang akrab disapa Sani ini mempertanyakan dasar pemerintah menghapus bidang usaha angkutan pariwisata dari DNI. Menurutnya, lambatnya aliran modal yang masuk disebabkan tidak adanya dukungan dari pemerintah terhadap bidang usaha ini. “Pemerintah tidak pernah membantu kami dalam hal investasi, bunga bank lebih tinggi dari kendaraan pribadi, dan tidak adanya fasilitas khusus atau keringanan bagi kami,” ungkapnya.
Pengusaha otobus keberatan DNI untuk angkutan pariwisata dihapus
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) keberatan dengan keputusan pemerintah menghapus bidang usaha angkutan pariwisata dari daftar negatif investasi (DNI). Keputusan tersebut berpotensi memberikan dampak negatif bagi pengusaha angkutan pariwisata di Indonesia. Masuknya investor asing di bidang usaha angkutan pariwisata akan menciptakan persaingan yang tidak sehat melalui praktik akusisi perusahaan. “Mereka yang datang dengan modal lebih ini akan menjadi predator, kami anak bangsa akan diadu oleh mereka yang dari luar, seharusnya kami ini diproteksi,” kata Ketua Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan kepada Kontan.co.id, Minggu (18/11). Pria yang akrab disapa Sani ini mempertanyakan dasar pemerintah menghapus bidang usaha angkutan pariwisata dari DNI. Menurutnya, lambatnya aliran modal yang masuk disebabkan tidak adanya dukungan dari pemerintah terhadap bidang usaha ini. “Pemerintah tidak pernah membantu kami dalam hal investasi, bunga bank lebih tinggi dari kendaraan pribadi, dan tidak adanya fasilitas khusus atau keringanan bagi kami,” ungkapnya.