KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data Kementerian Perhubungan menyebutkan bahwa jumlah pemudik tahun mencapai 123,8 juta orang naik dibanding tahun lalu sebesar 85,5 juta orang. Tak hanya mudik ke kampung halaman, ada juga warga yang akan melakukan perjalanan wisata keluarga ke berbagai destinasi wisata di Indonesia. Hal tersebut mengingat masa libur bersama yang panjang. Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Otonomi Daerah Sarman Simanjorang menyebut, dengan jumlah pemudik yang demikian besar maka dipastikan ekonomi daerah yang menjadi tujuan mudik mengalami pertumbuhan yang signifikan.
"Asumsi perputaran uang selama libur Idul Fitri 1444 H mencapai Rp 92,3 triliun tersebar di seluruh pelosok tanah air," kata Sarman, Senin (17/4). Menurutnya jumlah tersebut dihitung dari jumlah pemudik sebesar 123,8 juta orang atau setara dengan 30.752.000 keluarga. Di mana apabila setiap keluarga membawa uang rata rata Rp 3 juta maka perputaran uang mencapai angka Rp 92,3 triliun.
Baca Juga: Layanan Perbankan Digital Bantu Mengakuisisi Nasabah dengan Lebih Cepat "Ini dihitung rata rata paling minimal, masih berpeluang di atas itu," kata Pria yang juga menjadi sebagai Direktur Eksekutif Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) ini. Lebih lanjut Ia mengatakan, perputaran uang tersebut akan akan menyebar di sektor usaha transportasi darat baik bus, rental, kereta api, mobil pribadi, motor. Kemudian transportasi laut, udara, kuliner, hotel/penginapan, restoran, kafe, destinasi wisata, UKM makanan dan souvenir, warung dan toko. "Mudik Idul Fitri tahun ini terdiri atas mudik antar Kabupaten/kota, antar provinsi, antar pulau dan antar wilayah. Antar wilayah maksudnya dari kawasan Barat ke tengah dan timur atau sebaliknya," imbuhnya. Sarman menjelaskan, perputaran uang tersebut akan di dominasi di Pulau Jawa yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Yogyakarta, Banten dan Jabodetabek sebesar 62,5% dengan jumlah pemudik sebanyak 77,3 juta orang atau setara 19.325.000 keluarga. Adapun sisanya akan menyebar ke Sumatera, Kalimantan, Bali, NTB, Sulawesi, NTT, Maluku dan Papua. Sarman menyebut, dengan potensi perputaran yang cukup besar tersebut dipastikan ekonomi daerah akan produktif dan bergairah dan akan mampu meningkatkan konsumsi rumah tangga dan memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah. Dengan demikian target pertumbuhan ekonomi kuartal I 2023 sebesar 5% diharapkan dapat tercapai. Pemerintah Daerah juga akan mendapatkan kenaikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal dari pajak hotel, restoran, café, retribusi masuk destinasi wisata dll selama musim libur Idul Fitri ini.
Baca Juga: Pengusaha Usul Jakarta Jadi Daerah Khusus Pusat Ekonomi Indonesia Di samping perputaran tersebut beberapa daerah juga akan mendapatkan perputaran uang tambahan dari kiriman buruh migran atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dari luar negeri atau Remitansi yang juga mengalami kenaikan menjelang Idul Fitri 1444 H.
"Kiriman tersebut kepada keluarganya di tanah air guna persiapan perayaan Idul Fitri, yang jumlahnya diperkirakan mengalami kenaikan. Sepuluh provinsi pengirim TKI paling banyak dan akan mendapatkan kiriman remitansi dari para TKI antara lain, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Lampung, Bali, Sumut, Banten, Yogyakarta dan DKI Jakarta," kata Sarman. Sarman memperkirakan tahun 2021 jumlah TKI yang bekerja di luar negeri mencapai 3,2 juta orang. Maka jika mereka mengirimkan uang lebaran kepada keluarganya rata rata Rp5 juta, maka jumlah remintasi diperkirakan mencapai Rp16 triliun. Sebagai informasi dana remitansi TKI pada sepanjang tahun 2021 mencapai Rp130 triliun. Menurutnya, momen Idul Fitri menjadi perputaran uang terbesar di Indonesia yang diperkirakan mencapai 25% dalam setahun. Hal tersebut dinilai strategis menggerakkan perputaran roda ekonomi nasional dan menopang pertumbuhan ekonomi dan konsumsi rumah tangga. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari