NUSA DUA. Harga
crude palm oil (CPO) terpuruk di pasar global tahun ini. Namun pengusaha kelapa sawit optimistis harga akan membaik tahun depan. Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Fadhil Hasan menjelaskan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga CPO tahun depan.
Faktor tersebut antara lain program mandatori biodiesel, harga minyak nabati lain terutama minyak kedelai, El Nino, serta
Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) antara Indonesia dan Malaysia. Fashil menjelaskan, apabila peningkatan mandatori biodiesel dari 15% ke 20% berjalan dengan baik, penyerapan biodiesel di pasar dalam negeri akan meningkat sehingga pasokan CPO untuk pasar ekspor akan menurun. Hal itu bisa membantu mendongkrak harga CPO. Berdasarkan faktor tersebut, Gapki memproyeksikan harga CPO pada 2016 akan bergerak di kisaran US$ 580 per ton sampai dengan US$ 600 per ton. "Kami percaya harga akan lebih baik pada 2016 daripada saat ini," ujar Fadhil dalam acara 11th Indonesian Palm Oil Conference and 2016 Price Outlook (IPOC) di Nusa Dua Bali, Jumat (27/11). Dari sisi produksi, Gapki memprediksi produksi CPO tahun depan sebanyak 33 juta ton-35 juta ton, tumbuh dari target produksi tahun ini sebanyak 33 juta ton. "Kalau tidak terjadi El Nino, produksi bisa mencapai 35 juta ton," ujar Fadhil. Meski produksi tumbuh, namun ekspor CPO tahun depan justru diprediksi menurun menjadi 23 juta ton-24 juta ton, dari target ekspor tahun ini sebanyak 25,7 juta ton.
Penyebab penurunan ekspor ini adalah mandatori B20 dan El Nino. Sementara itu dari sisi permintaan, Gapki memprkirakan permintaan tahun depan bakal tumbuh 3,2 juta ton menjadi 62,5 juta ton, baik untuk biodiesel maupun untuk makanan. Khusus di pasar domestik, permintaan bisa tumbuh 3 juta ton-4 juta ton. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto