JAKARTA. Desakan Kementerian Pertanian (Kemtan) terhadap lima perusahaan sawit nasional yang tergabung dalam The Indonesian Palm Oil Pledge (IPOP) untuk menunda pemberlakukan IPOP akhirnya mendapatkan respon. Kelima perusahaan IPOP ini ingin duduk bersama dengan Kemtan membicarakan lebih detail dan rinci persoalan IPOP. Agus Purnomo, Managing Director Sustainability & Strategic Stakeholders Enggagement Golden Agri Resources (GAR) mengatakan, pihaknya telah mengetahui perihat surat yang dikirimkan Kemtan ke Sekretariat IPOP.
Namun, ia mengaku belum mengetahui isinya dan akan segera dibahas dalam rapat bersama. Menurut Agus, pihaknya merasa perlu ada pembicaraan kembali dengan Kemtan untuk memperjelas duduk persoalan. Agus memastikan, pihaknya akan tunduk pada peraturan yang ditetapkan pemerintah. "Kami kan harus ikut aturan dan ketentuan, jadi kalau ada ketentuannya, dan sudah jelas, kami ikut," ujar Agus kepada KONTAN, Rabu (28/10). Menurut Agus, IPOP tidak mengeluarkan kebijakan atau aturan. Yang ada, setiap perusahaan mengeluarkan kebijakan sendiri-sendiri dan kebetulan memiliki kemiripan satu sama lain sehingga dibentuklah IPOP. Karena itu, "Bila pemerintah meminta menunda implmentasi IPOP, justru kami bingung karena belum jelas apa dan bagian mana yang ditunda," jelas Agus. Ia juga juga enggan menanggapi soal dampak penundaan penerapan IPOP terhadap ekspor crude palm oil (CPO) Indonesia ke Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS). Kelima anggota IPOP Itu adalah Wilmar Indonesia, Cargill Indonesia, Asian Agri, Musim Mas dan Golden Agri Resources.
Berdasarkan data yang dikeluarkan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Sepanjang tahun 2014 negara tujuan ekspor terbesar Indonesia masih diduduki India, disusul negara Uni Eropa dan China. Ekspor ke India tahun 2014 mencapai 5,1 juta ton, atau turun 17% dibandingkan dengan tahun lalu dimana volume ekspor mencapai 6,1 juta ton. Pada tahun 2014, volume ekspor Indonesia ke China hanya mencapai 2,43 juta ton atau turun 9% dibandingkan tahun 2013 dimana volume ekspor mencapai 2,67 juta ton. Sementara itu, volume ekpsor CPO dan turunannya asal Indonesia ke negara Uni Eropa yang merupakan negara pengimpor terbesar setelah India, mencatat kenaikan sebesar 3% dari 4 juta ton pada tahun 2013 menjadi 4,13 juta ton di tahun 2014. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie