KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah kembali menurunkan anggaran subsidi energi sebesar Rp 4,1 triliun menjadi Rp 159,9 triliun dari postur sementara Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2019. Langkah ini ditujukan untuk memperbaiki neraca perdagangan Indonesia yang saat ini bisa dibilang masih belum sehat. Langkah yang diambil pemerintah tersebut mendapat dukungan positif kalangan pengusaha agar neraca perdagangan Indonesia membaik. "Neraca perdagangan ini kalau ingin baik, subsidi energi itu harus dihapus, terutama subsidi premium dan solar. Kemudian, kalau seandainya subsidi ini dikurangi secara bertahap, ini akan membuat neraca perdagangan Indonesia akan jadi lebih bagus, tidak terjadi defisit," ujar Ibrahim Assuaibi, Direktur Utama PT Garuda Berjangka. Jum'at (19/10) Ibrahim juga menilai, saat ini beban negara yang paling berat itu ada pada subsidi energi, terutama subsidi premium. "Premium itu seharusnya digunakan oleh masyarakat menengah ke bawah, tetapi kenyataannya premium malah lebih banyak digunakan oleh masyarakat menengah ke atas. Hal ini lah yang membuat pemerintah akan terus mengurangi subsidi, terutama subsidi energi," tambahnya.
Pengusaha: Subsidi energi dikurangi untuk menyelamatkan neraca dagang
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah kembali menurunkan anggaran subsidi energi sebesar Rp 4,1 triliun menjadi Rp 159,9 triliun dari postur sementara Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2019. Langkah ini ditujukan untuk memperbaiki neraca perdagangan Indonesia yang saat ini bisa dibilang masih belum sehat. Langkah yang diambil pemerintah tersebut mendapat dukungan positif kalangan pengusaha agar neraca perdagangan Indonesia membaik. "Neraca perdagangan ini kalau ingin baik, subsidi energi itu harus dihapus, terutama subsidi premium dan solar. Kemudian, kalau seandainya subsidi ini dikurangi secara bertahap, ini akan membuat neraca perdagangan Indonesia akan jadi lebih bagus, tidak terjadi defisit," ujar Ibrahim Assuaibi, Direktur Utama PT Garuda Berjangka. Jum'at (19/10) Ibrahim juga menilai, saat ini beban negara yang paling berat itu ada pada subsidi energi, terutama subsidi premium. "Premium itu seharusnya digunakan oleh masyarakat menengah ke bawah, tetapi kenyataannya premium malah lebih banyak digunakan oleh masyarakat menengah ke atas. Hal ini lah yang membuat pemerintah akan terus mengurangi subsidi, terutama subsidi energi," tambahnya.