Pengusaha tabung gas elpiji menunggu order



JAKARTA. Produsen tabung gas elpiji 3 kilogram berharap PT Pertamina kembali meneken kontrak pembelian tabung tahun ini. Puluhan produsen tabung itu perlu menyelamatkan usahanya. Kalau tidak ada order, mereka pun harus mengalihkan bisnisnya atau gulung tikar.

Ketua Asosiasi Produsen Tabung Elpiji, Tjiptadi, mengungkapkan, ketika kontrak pembelian dari 2006 sampai Oktober 2010 habis, praktis produsen tabung gas tidak lagi mendapatkan kepastian pembelian kembali. Padahal, saat kontrak tersebut habis, Pertamina pernah berjanji akan membeli lagi tabung sebanyak 5,4 juta tabung.

Sayangnya, janji itu bak angin lalu. Setelah ditunggu 1,5 tahun, produsen belum menerima realisasi dari janji tersebut. "Katanya April 2012 akan order, namun hingga kini belum juga ada pembicaraan," imbuhnya.


Padahal, kalau seandainya jadi order pada April nanti, pengusaha juga butuh persiapan. Tjiptadi menyatakan, untuk memproduksi 5,4 juta tabung membutuhkan waktu tiga bulan. Belum lagi waktu mendistribusikan tabung.

Asal tahu saja, sejak tahun 2006 masyarakat diminta untuk melakukan konversi energi dari minyak tanah ke gas dengan menggunakan tabung gas 3 kilogram. Supaya konversi berhasil, pemerintah menunjuk Pertamina untuk menyalurkan tabung gas berbentuk melon itu.

Selama program konversi dari 2006-2010. Pertamina telah menyerap 62 juta tabung dari 74 produsen tabung gas dalam negeri. Sementara sisanya, sekitar 8 juta tabung, berasal dari impor. Dengan demikian, total tabung yang sudah disalurkan Pertamina sebanyak 70 juta sampai 90 juta unit tabung.

Menurut Tjiptadi, sebenarnya jika Pertamina berniat membeli semua kebutuhan tabung kepada 74 produsen tabung, permintaan itu pasti bisa dipenuhi. Sebab, "Kapasitas produksi 74 produsen itu mencapai 100 juta tabung per tahun," imbuhnya.

Tjiptadi mengingatkan, jika Pertamina terus menunda, niscaya mesin-mesin pembuat tabung akan rusak. Tentu investasi besar yang sudah ditanamkan guna menyukseskan program konversi itu akan sia-sia.

Tidak hanya itu, akibat sepinya order, beberapa produsen sudah mengurangi tenaga kerja. Sebagian kecil lainnya juga beralih membuat spare part otomotif atau peralatan pemadam kebakaran. "Paling sekarang kami hanya buat kompor saja, itu pun jumlahnya kecil," ujar Tjiptadi.

Asal tahu saja, 74 produsen tabung gas 3 kilogram ini memiliki 1.500 pekerja. Nah, jika Pertamina tidak lagi order, kemungkinan besar mereka akan menganggur. "Kami tidak mau terjadi hal itu, tetapi kan tidak tertutup kemungkinan," ujar dia.

Tabung ilegal marak

Direktur Industri Aneka Kementerian Perindustrian, Budi Irmawan, juga berharap PHK tidak terjadi. Untuk itu, kementerian akan segera bertanya ke Pertamina dan meminta Pertamina menyerap tabung gas buatan lokal "Kami protes kalau nanti sampai impor. Produsen lokal itu sudah sanggup," ujarnya.

Ironisnya, kini masih banyak beredar tabung gas elpiji 3 kilogram di pasaran membuat. Inilah yang membuat Tjiptadi geram. Maklum, sudah 1,5 tahun ini, 74 produsen yang sudah memenuhi standar SNI dalam pembuatan tabung, tidak mendapat order. "Jumlah tabung ilegal itu saya prediksi ada belasan ribu," katanya.

Budi juga mendukung Tjiptadi agar Pertamina tidak mengedarkan tabung gas 3 kilogram yang tidak memiliki SNI. "Pertamina harusnya mengganti," imbuhnya.

Muhammad Harun, Vice President Corporate Communication PT Pertamina, meyakinkan, tidak ada tabung ilegal yang beredar. Tabung elpiji yang saat ini beredar di pasar sudah memiliki SNI karena diproduksi Pertamina. "Saya lupa berapa kapasitas pabrik kami," katanya. n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: