Pengusaha Tempe Berharap Harga Kedelai Kembali ke Rp 8.000 per Kg



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengusaha tempe masih keluhan harga kedelai yang tinggi meskipun stok impor kedelai sudah berdatangan.

Seperti diketahui, pemerintah telah mendatangkan sebanyak 56 ribu kedelai impor sejak Minggu (15/1) untuk menstabilkan harga kedelai dalam negeri.

Ketua Dewan Pimpinan Cabang Himpunan Pengusaha Mikro dan Kecil Indonesia (DPC Hipmikindo) Kabupaten Bekasi, Eko Parmono menyampaikan, pengusaha tempe berskala kecil dan menengah mengeluhkan harga kedelai yang terlampau tinggi.


Eko berharap, harga kedelai dapat kembali stabil seperti pada saat sebelum pandemi Covid-19 yaitu di level harga Rp 8.000 sampai Rp 9.000 per kg.

“Harapan dari mereka harga seperti yang dulu, artinya sampai Rp 8.000 per kg. Kalaupun seumpamanya ada kenaikan, itu mereka berharap maksimal Rp9.000 per kg,” kata Eko dalam keteranganya, Kamis (19/1).

Baca Juga: Kemendag Janjikan Harga Kedelai Turun dalam 2 Hari Lagi

Pasalnya, Eko menambahkan, tingginya harga kedelai membuat pengusaha tempe berskala kecil dan menengah kesulitan mengejar biaya produksi.

“Kalau yang kami tangkap dari teman-teman di lapangan, harga sekarang (kedelai) masih cenderung tinggi sehingga mereka tidak bisa mengejar biaya produksi dan menyebabkan daya jual mereka menurun,” katanya.

Dia menjelaskan, sebelum pandemi melanda, harga kedelai hanya berkisar Rp700.000 per kuintal. Namun, pada Agustus 2022 harga kedelai melonjak jadi Rp 1,4 juta per kuintal.

“Hari ini belanja bahan Rp 1,2 juta per kuintal, masih nggak ngejar biaya produksi,” sebutnya

Pada kesempatan yang sama, salah seorang pengusaha tempe, Siti Tohiroh bercerita, dia sempat gulung tikar karena tidak kuat lagi membeli bahan baku.

Dia bahkan terpaksa harus meminjam modal ke bank keliling dengan bunga yang sangat besar demi dapat produksi kembali.

Dia sangat berharap harga bahan baku kedelai bisa segera stabil agar para pengusaha tempe skala kecil dan menengah bisa mendapatkan keuntungan yang layak.

Sebab jika harga kedelai masih tinggi, maka pengusaha sepertinya kebingungan untuk mengambil langkah seperti apa.

Selain itu, Ia juga berharap ada keberpihakan negara untuk mereka (pengusaha tempe berskala kecil dan menengah) dari sisi modal dan alat produksi modern.

"Dikecilkan (ukuran tempe) enggak laku, digedein nggak dapat apa-apa,” ujar Siti.

Menanggapi naiknya harga, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Aria Bima mengatakan pihaknya mencatat semua aspirasi yang disampaikan DPC Hipmikindo Kabupaten Bekasi sebagai pendamping pengusaha tempe berskala kecil dan menengah.

Baca Juga: Sebanyak 56 Ribu Ton Kedelai Impor Datang, Pemerintah Lanjutkan Program Subsidi

Pihaknya juga akan membahas lebih lanjut dengan mitra kerja di komisi IV. Terkait dengan ketersediaan kedelai di lapangan pihaknya juga akan memanggil Bulog untuk dimintai keterangan lebih lanjut.  

Sementara untuk membantu keberlangsungan UMKM yang sempat gulung tikar, Ia menyarankan DPC Hipmikindo Kabupaten Bekasi membuat  koperasi yang menaungi pengusaha tempe berskala kecil dan menengah.

“Kami akan dukung dan damping  bapak dan ibu mengakses Dana Bergulir untuk  sektor Koperasi UMKM untuk membantu permodalan pengusaha tempe,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto