Pengusaha waswas perang dagang, defisit perdagangan AS makin lebar pada bulan Mei



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Defisit perdagangan Amerika Serikat melonjak ke level tertinggi selama lima bulan pada bulan Mei didorong kenaikan impor. Peningkatan impor ini diprediksi didorong oleh langkah pelaku bisnis untuk meningkatkan stok barang karena kekhawatiran perang dagang dengan China.

Dilansir dari Reuters, Departemen Perdagangan AS melaporkan defisit perdagangan makin lebar menunjukkan melemahnya roda ekonomi di kuartal kedua. Kondisi ini dibarengi oleh melemahnya industri properti, manufaktur, investasi dan belanja konsumen. 

Pasar tenaga kerja juga tampaknya kehilangan momentum, dengan melambatnya pertumbuhan lapangan kerja oleh sektor swasta.


Per Mei, Departemen Perdagangan AS mencatat defisit perdagangan naik 8,4% menjadi US$ 55,5 miliar. Sementara data pada bulan April direvisi ke atas untuk menunjukkan kesenjangan perdagangan yang melebar menjadi US$ 51,2 miliar dari data sebelumnya diumumkan yang sebesar US$ 50,8 miliar.

Sementara itu defisit perdagangan barang AS dengan China meningkat 12,2% menjadi US$ 30,2 miliar sejalan dengan melompatnya angka impor setinggi 12,8%. 

Pada bulan Mei, impor barang oleh AS meningkat 4,0% menjadi US$ 217,0 miliar. Selain menarik lebih banyak produk dari China, impor dari Uni Eropa, Meksiko dan Kanada juga meningkat ke rekor tertinggi pada bulan Mei. 

Di sisi lain, ekspor barang AS cuma naik 2,8% menjadi US$ 140,8 miliar. Ekspor barang-barang konsumsi meningkat US$ 0,8 miliar sementara ekspor kedelai naik $ 0,7 miliar.

Sebelumnya Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping pada pekan lalu menyetujui gencatan senjata dalam perang dagang dan memulai kembali pembicaraan perdagangan. Penasihat perdagangan Gedung Putih Peter Navarro mengatakan bahwa perundingan sedang menuju ke arah yang benar, tetapi akan membutuhkan waktu untuk mendapatkan kesepakatan yang tepat.

Ketegangan perdagangan AS-China memang telah menyebabkan ayunan yang liar dalam defisit perdagangan AS. Pasalnya eksportir dan importir AS berusaha untuk menyelamatkan diri di tengah dari adu tarif antara kedua raksasa ekonomi tersebut.

Editor: Tendi Mahadi