Peningkatan produktivitas tebu jadi tantangan RI



JAKARTA. Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia menyatakan salah satu tantangan yang akan dihadapi industri gula dalam negeri adalah meningkatkan produktivitas tebu dan gula. "Tantangan industri gula kita ke depan adalah meningkatkan produktivitas tebu dan gula," kata Ketua Umum Perhepi Bayu Krisnamurthi di Jakarta, Rabu.

Bayu mengatakan jika dibandingkan dengan Thailand terkait produktivitas, pada tiap satu hektare lahan tebu di Negeri Gajah Putih tersebut mampu menghasilkan 100-110 ton tebu, sementara di Indonesia hanya mampu menghasilkan 75 ton tebu untuk tiap hektarnya.

Sementara untuk lahan tebu di Thailand kurang lebih sebesar 1,5 juta hektare, sementara di Indonesia hanya 600.000 hektare. Untuk produksi sudah mencapai 10-11 juta ton, dibandingkan dengan 2,5-2,7 juta ton per tahun.


"Produktivitas tebu itu harus ditingkatkan, karena merupakan bahan baku untuk gula dimana kita saat ini masih mengalami kekurangan pasokan gula sebanyak tiga juta ton," kata Bayu.

Salah satu langkah yang bisa dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tebu, lanjut Bayu, adalah melakukan Program Bongkaratun yang sesungguhnya sudah pernah dilakukan beberapa tahun lalu di Indonesia.

"Tanaman tebu yang ada sekarang dibongkar, dan digantikan dengan bibit baru. Namun, apabila dilakukan saat ini, maka hasilnya baru bisa dirasakan pada kurun waktu dua tahun mendatang," kata Bayu.

Selain meningkatkan produktivitas tebu tersebut, menurut Bayu, tantangan lainnya adalah kegiatan untuk melakukan penggilingan tebu dan penghalusan gula harus bisa terintegrasi, agar bisa menghasilkan gula yang kualitasnya sesuai dengan kebutuhan.

"Setiap pabrik gula yang menggiling harus integrasi dengan refining, supaya bisa menghasilkan kualitas seperti yang diharapkan. Jika tidak, kita akan tetap menghadapi masalah karena kualitasnya tidak sesuai," kata Bayu.

Namun, kata Bayu, kendati dua hal tersebut dilakukan, Indonesia masih belum bisa swasembada gula, akan tetapi paling tidak porsi importasi gula mentah akan jauh lebih kecil daripada produksi dalam negeri.

"Produksi dalam negeri sudah bisa mulai memasok industri. Kita makin mengurangi ketergantungan dari impor," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa