Penjelasan bos Bank Mandiri soal rupiah yang loyo sampai Rp 13.900 per dollar AS



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah berada di level Rp 13.900 per dollar AS. Hal ini berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), Selasa (24/4).

Kartika Wirjoatmodjo, Direktur Utama Bank Mandiri bilang pelemahan rupiah ini disebabkan karena dua faktor. Pertama adalah karena banyaknya pembayaran dividen pada Maret April 2018.

"Kedua adalah karena keluarnya investor dari bursa saham atau sell off," kata Tiko sapaan akrabnya, dalam paparan kinerja, Selasa (24/4).


Untuk mengatasi risiko valas ini, bank meminta debitur terutama terkait valas untuk melakukan hedging atau meminimalisasi paparan risiko valas.

Menurut Tiko, jika pelemahan rupiah ini dibiarkan berlarut-larut maka akan berimbas pada keluarnya investor asing dari obligasi Indonesia. Hal ini nanti akan memberikan efek negatif di pasar.

Terkait pelemahan rupiah ini Bank Mandiri menyarankan Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga acuannya pada satu dua bulan mendatang. Hal ini untuk meminimalisasi gap antara suku bunga BI dan The Fed yang terus naik.

Menurut Tiko, dengan kenaikan suku bunga acuan ini, tidak serta merta bisa menaikkan suku bunga kredit. Hal ini karena biaya dana dan bunga deposito bank sudah mengalami kenaikan sebelumnya.

Berdasarkan catatan Bank Mandiri, tidak ada korelasi antara suku bunga rata-rata deposito di pasar dengan suku bunga acuan. Hal ini bisa dilihat dari pergerakan BI 7-Day Repo Rate yang tidak terkait terkait dengan suku bunga deposito average di pasar.

Sehingga dengan naiknya suku bunga acuan BI ini pasar tidak perlu khawatir suku bunga dana dan kredit akan naik terlalu cepat.

Diperkirakan efeknya nanti ke suku bunga kredit setelah pada kuartal 4 2018. Bank Mandiri memperkirakan pada jangka menengah rupiah bisa sedikit menguat pada level Rp 13.700 sampai Rp 13.900 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto