JAKARTA. Impor singkong di Indonesia semakin marak belakangan ini. Terkait hal itu, Pemerintah menegaskan, fenomena tersebut terjadi bukan karena minimnya produksi, melainkan tumbuhnya industri makanan dan minuman dalam negeri yang berbasis singkong.Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi menjelaskan, masyarakat perlu memahami bahwa masalah impor singkong ini terletak pada minimnya pengolahan singkong mentah menjadi tepung singkong. Untuk itu, ia berharap semua pihak, terutama petani, tidak terburu melemparkan protes kepada pemerintah."Daya produksi industri makanan minuman kita meningkat. Jumlah peningkatannya mencapai 8,19%. Sehingga banyak dari mereka yang membeli tepung untuk bahan baku makanan minuman. Hal itu tidak diikuti oleh peningkatan produksi tepung singkong dalam negeri," ujar Bayu usai menghadiri RDP dengan Komisi VI DPR, Rabu (12/12).Pertumbuhan itu diperkirakan akan bertahan hingga akhir tahun karena konsumsi makanan dan minuman di pasar domestik merupakan yang tertinggi di wilayah ASEAN.Ia berpandangan selama tepung singkong yang menjadi kebutuhan industri belum bisa dipasok oleh petani maupun pengusaha dalam negeri, maka impor bakal terus terjadi."Harus dimengerti bahwa pelaku industri ini membutuhkan tepung singkong, bukan singkong utuh," katanya. Bayu menilai kebutuhan industri besar pengolahan singkong saat ini sangat mendesak, terlebih permintaan tepung singkong melonjak drastis tahun ini.Dalam catatan Kementerian Perdagangan, impor singkong sampai September tahun ini sebesar 594.000 ton, jumlah tersebut 98,6%nya adalah tepung singkong. Sementara dua negara yang paling banyak mengirim singkong ke Indonesia adalah Vietnam dan Thailand.Berdasarkan data Kementerian Pertanian, produksi singkong sepanjang tahun lalu mencapai 19,92 juta ton. Namun, data itu juga dibarengi kenyataan bahwa dalam 10 bulan terakhir impor singkong mencapai Rp 32 miliar.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Penjelasan fenomena impor singkong dari pemerintah
JAKARTA. Impor singkong di Indonesia semakin marak belakangan ini. Terkait hal itu, Pemerintah menegaskan, fenomena tersebut terjadi bukan karena minimnya produksi, melainkan tumbuhnya industri makanan dan minuman dalam negeri yang berbasis singkong.Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi menjelaskan, masyarakat perlu memahami bahwa masalah impor singkong ini terletak pada minimnya pengolahan singkong mentah menjadi tepung singkong. Untuk itu, ia berharap semua pihak, terutama petani, tidak terburu melemparkan protes kepada pemerintah."Daya produksi industri makanan minuman kita meningkat. Jumlah peningkatannya mencapai 8,19%. Sehingga banyak dari mereka yang membeli tepung untuk bahan baku makanan minuman. Hal itu tidak diikuti oleh peningkatan produksi tepung singkong dalam negeri," ujar Bayu usai menghadiri RDP dengan Komisi VI DPR, Rabu (12/12).Pertumbuhan itu diperkirakan akan bertahan hingga akhir tahun karena konsumsi makanan dan minuman di pasar domestik merupakan yang tertinggi di wilayah ASEAN.Ia berpandangan selama tepung singkong yang menjadi kebutuhan industri belum bisa dipasok oleh petani maupun pengusaha dalam negeri, maka impor bakal terus terjadi."Harus dimengerti bahwa pelaku industri ini membutuhkan tepung singkong, bukan singkong utuh," katanya. Bayu menilai kebutuhan industri besar pengolahan singkong saat ini sangat mendesak, terlebih permintaan tepung singkong melonjak drastis tahun ini.Dalam catatan Kementerian Perdagangan, impor singkong sampai September tahun ini sebesar 594.000 ton, jumlah tersebut 98,6%nya adalah tepung singkong. Sementara dua negara yang paling banyak mengirim singkong ke Indonesia adalah Vietnam dan Thailand.Berdasarkan data Kementerian Pertanian, produksi singkong sepanjang tahun lalu mencapai 19,92 juta ton. Namun, data itu juga dibarengi kenyataan bahwa dalam 10 bulan terakhir impor singkong mencapai Rp 32 miliar.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News