Penjualan Alat Berat HEXA Melorot 18,42%



JAKARTA. Kinerja PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA) turut terkena imbas krisis perekonomian yang berlangsung tahun lalu. Buktinya, penjualan alat berat perusahaan ini selama tahun buku 1 April 2009 hingga 31 Maret 2010 sebanyak 1.450 unit.

"Ini dari hasil penjualan excavator saja," kata Sekretaris Perusahaan HEXA Heri Akhyar kepada KONTAN, dua hari lalu. Kalau ditambah penjualan alat berat maka total penjualan produsen alat berat bermerek Hitachi tahun buku 2009 itu mencapai 1.550 unit.

Jumlah ini lebih rendah 18,42% dari pencapaian penjualan alat berat HEXA selama periode April 2008-Maret 2009, yang sebanyak 1.900 unit. Namun, menurut Heri, penjualan tahun lalu yang berakhir pada 31 Maret 2010 itu lebih tinggi 10,7% dari target yang ditetapkan manajemen HEXA sebelumnya, sebanyak 1.400 unit.


Menurut dia, penjualan alat mengalami peningkatan signifikan pada bulan Maret lalu. HEXA mampu menjual 200 unit. Meningkatnya permintaan tersebut ditopang oleh kestabilan bisnis pertambangan batubara pada awal tahun ini. "Industri pertanian, perkebunan, dan hutan juga sudah mulai bagus," imbuh Heri.

Mengacu kepada kondisi itulah, HEXA optimistis mampu membukukan nilai penjualan selama tahun buku 2009 sebesar US$ 310 juta atau setara Rp 2,8 triliun. Sedangkan laba bersihnya diprediksi mencapai US$ 30 juta atau Rp 273 miliar. Sedangkan angka finalnya masih harus menunggu proses audit.

"Angka pastinya belum final, karena masih dalam proses audit," ujar Heri. Jika mengacu kepada estimasi tersebut, kinerja HEXA masih lebih bagus ketimbang pencapaian selama tahun 2008. Pada periode Januari-Desember 2008, perusahaan ini membukukan penjualan Rp 2,79 triliun dan laba bersih Rp 255,5 miliar.

Sementara itu, HEXA menargetkan penjualan alat berat tahun ini hingga akhir Maret 2011 nanti sebanyak 1.860 unit. "Targetnya tumbuh 20% dari tahun lalu," ujar Heri.

Sedangkan target pendapatan dan laba bersih 2010 maisng-masing sebesar US$ 360 juta dan US$ 35 juta. Demi merealisasikan rencana itu, HEXA menganggarkan belanja modal alias capital expenditure (capex) US$ 40 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can