Penjualan alat berat Intraco Penta tumbuh



JAKARTA. Pertumbuhan bisnis pertambangan dan perkebunan yang terus menggeliat menjadi angin segar bagi penyalur alat berat. PT Intraco Penta misalnya, perusahaan pemasok beberapa merek alat berat seperti Volvo, Bobcat, atau SDLG ini memproyeksikan pertumbuhan positif di semester satu ini.

Kalau sepanjang Januari sampai Mei kemarin, Intraco Penta berhasil menjual sebanyak 746 unit alat berat, sampai semester satu ini (penjualan Januari - Juni), perusahaan ini yakin bakal menjual lebih dari 800 unit alat berat. Konsumen dari sektor pertambangan, perkebunan dan konstruksi masih menjadi andalan perusahaan yang punya kode saham INTA ini. Direktur PT Intraco Penta, Fred Manibog bilang permintaan dari ketiga sektor tersebut terus meningkat. Sehingga fokus penjualan perusahaan

masih tertuju di ketiga bidang tersebut. "Masih didominasi dari perusahaan pertambangan, perkebunan, lalu konstruksi," katanya, kemarin.Dari ketiga sektor tersebut, penjualan alat berat kepada sektor pertambangan masih menjadi penopang utama Intraco Penta. Penjualan alat berat ke sektor ini berkontribusi sekitar 70% terhadap total penjualan perusahaan.Bila target penjualan alat berat di semester satu ini tercapai, berarti 42% dari target penjualan alat berat Intraco Penta sudah tercapai. Untuk


tahun ini Intraco Penta menargetkan menjual sebanyak 1.900 unit alat berat. Target ini lebih banyak 20% dari hasil penjualan alat berat Intraco Penta tahun lalu yang hanya 1.585 unit.Selain memasarkan tiga merek alat berat, Intraco Penta juga memasarkan merek Mahingdra dan Sinotruk. Khusus merek terakhir, IntracoPenta punya rencana bisnis khusus dengan produsen asal China ini.

Intraco bersama Sinotruk berencana bakal mendirikan pabrik perakitan di Indonesia. Sebuah perusahaan patungan sedang dipersiapkan untuk membangun pabrik bernilai US$ 100 juta ini. Pabrik tersebut rencananya akan merakit kendaraan truk berat di atas 24 ton serta kendaraan truk ringan untuk pasar Indonesia dan Asia Tenggara.

Menurut Fred, hingga 2013 nanti kedua perusahaan masih melakukan studi banding untuk menentukan besaran kepemilikan saham dari masing-masing perusahaan.

Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian Budi Dharmadi mengatakan selain investor asal China, beberapa perusahaan asal Korea Selatan juga berminat bermain di sektor alat berat. Seperti Hyundai Heavy IndustriesmCo Ltd dan Dusan Heavy Industri.

Pasalnya, pasar alat berat lokal diprediksi tumbuh 10%-15% tahun ini menjadi 18.700 unit hingga 19.500 unit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon