Penjualan alat berat lesu, Intraco Penta (INTA) menggenjot diversifikasi pendapatan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Intraco Penta Tbk (INTA) merupakan salah satu emiten yang terimbas pelemahan harga batubara. Penjualan alat berat INTA  turun hingga akhir September 2019.

Hingga September 2019, INTA menjual 495 unit alat berat. Sebanyak 166 unit diantaranya merupakan alat berat pertambangan atau 33,5% dari total penjualan masih berasal dari sektor pertambangan.

Investor Relations Strategist Intraco Ferdinand Dion mengatakan, realisasi penjualan alat berat per September 2019 turun dibandingkan dengan capaian penjualan pada per September 2018.


Pada periode yang sama tahun lalu, penjualan alat berat INTA mencapai 722 unit dan 299 unit diantaranya (41,4%) merupakan alat berat sektor pertambangan. Artinya, penjualan alat berat INTA turun 31,44%.

Baca Juga: Penjualan alat berat lesu, United Tractors (UNTR) mengikuti dinamika pasar

Alhasil, penurunan alat berat ini berdampak pada turunnya pendapatan INTA pada kuartal III 2019. Kontan.co.id mencatat, pendapatan INTA per 30 September 2019 turun 26,8% menjadi Rp 1,35 triliun. Padahal, pada kuartal III 2018 INTA masih mampu membukukan pendapatan hingga Rp 2,24 triliun.

“Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan penjualan alat berat ke sektor tambang batubara yang dua tahun terakhir mengalami koreksi harga,” ujar Ferdinan ketika dihubungi Kontan.co.id.

Meski demikian, INTA mampu mengurangi kerugian menjadi hanya Rp 127,35 miliar pada kuartal III ini. Kerugian ini turun 45,1% bila dibandingkan kerugian pada periode kuartal III 2018 yang mencapai Rp 232 miliar.

Baca Juga: Volume Penjualan Alat Berat Intraco Penta (INTA) Merosot 31%

Ferdinan melanjutkan, INTA berusaha untuk menggenjot penjualan pada sektor lainnya yang pertumbuhannya cukup baik. Namun, pertumbuhan penjualan dari sektor lain belum mampu menutupi penurunan penjualan yang disumbang oleh sektor pertambangan.

Guna mengantisipasi hal ini, Ferdinan mengaku INTA mulai gencar untuk menawarkan alat berat ke industri non tambang, mulai dari general industry, infrastruktur, logistik, dan transportasi. “Jadi alat berat tidak hanya ditawarkan kepada industri tambang saja,” sambungnya.

Lebih lanjut, INTA juga tengah menggenjot diversifikasi pendapatan dari penjualan alat dengan varian produk yang berbeda. Adapun merek yang dijual oleh INTA meliputi truk merek Sinotruk, alat lightweight merek Bobcat, hingga farm tractor merek Mahindra.

Baca Juga: Intraco Penta (INTA) berharap berkah dari pemindahan ibu kota

Bahkan, baru-baru ini Intraco Penta Wahana juga membentuk anak usaha guna menjadi diler resmi Tata Motor khususnya untuk jenis commercial vehicle wilayah Kalimantan. Pembukaan diler ini merupakan salah satu bentuk diversifikasi produk INTA di tengah lesunya penjualan alat berat sektor pertambangan.

Selain itu, INTA juga masih memiliki proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang terletak di Bengkulu. Jika tidak ada aral melintang, satu unit PLTU ini akan bisa diaktifkan pada penghujung tahun ini.

INTA berharap operasional PLTU ini mampu menyumbang pundi-pundi pendapatan di masa mendatang. “Mungkin setelah semester I 2020, tetapi amannya akhir tahun,” tutup Ferdinan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati