Penjualan alat berat UNTR turun 26%-29%



JAKARTA. Gara-gara harga komoditas tambang jatuh, penjualan alat berat PT United Tractors Tbk (UNTR) di tahun ini seret. Anak usaha Grup Astra ini memperkirakan hanya bisa melego alat berat sebanyak 6.000-6.200 unit hingga akhir tahun 2012.

Bandingkan dengan penjualan alat berat mereka tahun 2011 yang mencapai 8.467 unit. Artinya, tahun ini penjualan alat berat mereka turun antara 26,77%-29,14% dibandingkan tahun lalu.

Sara K. Loebis, Sekretaris Perusahaan UNTR menuturkan, pihaknya realistis untuk tidak terlampau optimistis memacu penjualan alat berat di tahun 2012. Pasalnya, klien-klien UNTR dari bisnis pertambangan banyak yang mengurangi bahkan menghentikan produksi seiring kurang bergairahnya harga batubara dunia. Dampaknya adalah permintaan alat berat dari sektor pertambangan batubara anjlok.


"Kami tidak memaksa pembeli untuk order lebih banyak jika mereka sudah memutuskan untuk menunda pembelian alat berat," kata Sara kepada KONTAN, Rabu (26/12). Sejak Juni 2012, volume penjualan alat berat UNTR memang terus anjlok.

Dari data terakhir yang dirilis perusahaan, penjualan alat berat UNTR di bulan November hanya 289 unit. Ini adalah catatan penjualan alat berat terburuk UNTR dalam setahun terakhir.

Data terakhir itu turut berimbas pada catatan penjualan alat berat UNTR dari Januari hingga November 2012 yang hanya 5.993 unit. Jumlah itu turun 23,69% dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebanyak 7.854 unit.

Kontribusi penjualan ke sektor pertambangan tercatat hanya mencapai 54% dari total per November 2012. Padahal, pada Januari-November 2011, sektor ini masih menyokong 67% penjualan alat berat UNTR.

UNTR memang berhasil meningkatkan kontribusi penjualan ke sektor lain. Sektor agribisnis, misalnya, menyokong 24% dari total penjualan alat berat hingga November 2012, naik dari 17% di periode sama tahun lalu. Kontribusi sektor konstruksi juga bisa mencapai 16% dari total penjualan per November tahun ini. tahun lalu kontribusinya cuma 10% dari total penjualan alat berat UNTR.

"Kami terus menggarap penjualan ke non-tambang, tapi permintaan dari sektor lain memang tidak bisa menutupi penurunan dari sektor tambang," jelas Sara.

Genjot layanan purna jual

UNTR, lanjut Sara, belum berani menetapkan target penjualan alat berat yang hendak diperolehnya tahun depan. Sebab, arah tren harga batubara dunia tahun depan belum ditebak arahnya.

Untuk mengantisipasi berulangnya tren negatif, UNTR punya strategi untuk memacu bisnis layanan purna jual alat berat. UNTR menilai bisnis ini akan terus bertumbuh meski banyak klien yang menunda pembelian alat berat. "Mereka kan butuh perawatan untuk alat berat yang sudah dimiliki," ungkap Sara.

Gabriella Maureen Natasha, analis Danareksa Sekuritas menilai, kontribusi layanan purna jual tidak signifikan terhadap bisnis UNTR secara keseluruhan. Per September 2012 misalnya, bisnis layanan purna jual baru menyumbang 24% dari pendapatan bisnis alat berat UNTR. "Permintaan bisnis ini memang naik, tapi kontribusinya masih kecil," jelas Maureen. Namun, bisnis layanan purna jual punya sisi positif dari sisi raihan margin keuntungan yang mencapai 30%.

Ia pun merekomendasikan tahan saham UNTR dengan target harga Rp 21.200 per saham. Kamis (27/12), harga saham UNTR ditutup naik 1,29% menjadi Rp 19.600 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana