KONTAN.CO.ID - Penjualan baja lapis diprediksi masih akan tetap kokoh. PT Sunrise Steel memproyeksikan, pada semester II-2017 ini penjualan baja lapis produksinya akan meningkat 10% dibandingkan semester I-2017. Presiden Direktur Sunrise Steel Henry Setiawan mengatakan, kenaikan penjualan di semester II ini sudah menjadi tren setiap tahun. Naik sebesar 10%
year on year (yoy) ujar Henry, Kamis (17/8). Saat ini kapasitas terpasang pabrik baja lapis yang Sunrise Steel mencapai 260.000 ton per tahun. Dari jumlah tersebut, utilisasi atau kapasitas terpakai mencapai separuhnya.
Seluruh produk baja lapis produksi Sunrise Steel dipasarkan di dalam negeri. Adapun pangsa pasar alias
market share dari Sunrise Steel dari total penjualan baja lapis secara nasional saat ini sekitar 15%. Bila penambahan kapasitas produksi dapat direalisasikan pada semester I-2018, pangsa pasar Sunrise Steel akan meningkat menjadi 25% hingga 30% dari total kapasitas nasional. Produsen baja lapis lain, yaitu PT Saranacentral Bajatama Tbk berharap, bisa menaikkan produksi hingga 62% tahun ini, dibandingkan realisasi tahun lalu sebanyak 37.000 ton. "Tahun ini, kami optimistis dengan target produksi sebanyak 60.000 ton," tandas Direktur Utama Saranacentral Bajatama Handaja Susanto. Harapan kenaikan penjualan ini tidak lain karena gencarnya pembangunan proyek infrastruktur dan perumahan yang dilakukan oleh pemerintah. Tahun ini emiten berkode saham BAJA di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini menargetkan, pertumbuhan bisnis sampai 15%, dibanding pendapatan tahun lalu Rp 978 miliar. BAJA memiliki pabrik di Karawang Timur, Jawa Barat dengan luas 11 hektare (ha). Pabrik tersebut memiliki kapasitas produksi 12.000 ton per bulan. Rinciannya, 6.000 ton untuk galvanis dan 6.000 ton saranalum per bulan. Adapun 2.000 ton-3.000 ton lain digunakan untuk produk
coloring.
Optimisme kenaikan penjualan juga disematkan NS BlueScope. Tahun ini NS BlueScope berharap, mencatat kenaikan penjualan sebesar 15%. Asal tahu saja, NS BlueScope saat ini memiliki kapasitas produksi sebanyak 250.000 ton per tahun. Pangsa pasar baja lapis terbilang sangat menggiurkan. Merujuk data Indonesia Zinc Aluminium Steel Industry (IZASI), kebutuhan baja lapis aluminium Indonesia tahun ini bisa mencapai 1,3 juta ton. Dari jumlah kebutuhan tersebut, produsen baja lapis lokal baru bisa memasok sebanyak 30%, adapun sisanya masih harus impor. Meski optimis terjadi kenaikan penjualan, namun bisnis baja lapis ini tidak imun terhadap tantangan. Tingginya biaya produksi karena mahal harga gas menjadi soal. Apalagi, selama ini, pasokan bahan baku baja lapis, yakni
cold rolled coil masih harus impor. Ini jelas menambah biaya produksi pabrikan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dessy Rosalina