KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbaikan kinerja keuangan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk terus berlanjut tahun ini. Perusahaan ini mengaku selama tiga bulan pertama 2018, realisasi pendapatannya lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan kinerja keuangan didukung oleh permintaan produk makanan olahan ayam dan penjualan pakan ternak. "Yang pasti kinerjanya lebih tinggi dari tahun lalu. Angka kenaikannya akan segera kami rilis akhir April ini," ujar Thomas Effendy, Presiden Direktur Charoen Pokphand Indonesia Tbk kepada KONTAN, akhir pekan lalu. Tanpa mengatakan secara pasti berapa persen kenaikan penjualan dibandingkan periode sama tahun lalu. Thomas bilang, pada tahun ini pihaknya berupaya memperbesar produksi dan penjualan produk olahan daging ayam.
Berdasarkan catatan KONTAN, pada kuartal I-2017 penjualan emiten dengan kode saham CPIN ini meningkat 30% dibandingkan periode sama tahun 2016 menjadi sekitar Rp 12,014 triliun. Alhasil, penjualan CPIN sepanjang tiga bulan pertama tahun ini lebih dari Rp 12 triliun. Menurut Thomas, peningkatkan pendapatan tahun ini didukung oleh kenaikan permintaan produk makanan berbahan daging olahan ayam. Penjualan pakan ternak yang menjadi penyumbang terbesar terhadap pendapatan CPIN yakni menopang 50%, juga ikut terdongkrak. Setelah itu pendapatan CPIN juga berasal dari industri peternakan unggas sekitar 39%. Thomas mengakui dari ketiga produk unggulan CPIN, penjualan produk olahan ayam memang masih kecil. Untuk itu tahun ini CPIN akan fokus memperbesar produksi dan penjualan produk-produk konsumsi. "Produk konsumsi banyak dijual di modern market," tambahnya. Untuk meningkatkan pendapatan dari produk makanan olahan, CPIN mulai membuka akses ke mancanegara. Terbaru CPIN mengekspor perdana makanan olahan berbasis daging ayam ke Jepang sebanyak satu kontainer dan ke Timor Leste sebanyak 10 kontainer. CPIN juga mengekspor satu kontainer ke Papua Nugini. "Kalau ekspor ke Papua Nugini ini sudah yang keempat kalinya," tuturnya. Dengan total nilai ekspor mencapai sekitar US$ 135.000, Thomas berharap ekspor ke tiga negara itu bisa membuka pasar unggas CPIN yang lebih besar di mancanegara. Salah satu pasar yang sedang berusaha ditembus CPIN adalah Jepang yang selama ini dikenal ketat dalam hal persyaratan impor makanan. "Kami melihat ekspor ke Jepang merupakan satu tahap ke depan untuk bisa masuk ke negara-negara lain," ujar Thomas. Mobile dryer Untuk meningkatkan kinerja tahun ini, CPIN juga tengah mengembangkanmesin pengering bergerak (
mobile dryer). Alat itu disiapkan untuk menyerap jagung lokal untuk pakan ternak. Sejak tahun 2017, CPIN mengklaim sudah menggunakan 100% jagung lokal sebagai bahan baku pakan ternak. Sebagai catatan, sekitar 50% bahan baku pakan ternak berasal dari jagung.
Hanya saja produksi jagung yang selama ini lebih banyak di pelosok dan jauh dari pabrik pakan membuat industri kesulitan menyerap jagung petani. Karena itulah, CPIN mengembangkan
mobile dryer sebagai solusinya. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mendukung langkah CPIN mengembangkan
mobile dryer. Ia menjanjikan pengadaan 1.000
dryer yang ditempatkan di wilayah sentra produksi jagung. Tujuannya agar jagung lokal mudah terserap. "Kami sudah mengajukan revisi anggaran sebesar Rp 1 triliun untuk pengadaan mesin pengering ini," janji Amran. Ia berharap keberadaan mesin itu juga bisa membantu petani. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini