Penjualan Emiten Produsen Ban Kian Menggelinding



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten produsen ban berhasil mencatatkan pertumbuhan kinerja penjualan pada kuartal pertama tahun ini. PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA) misalnya, yang membukukan penjualan US$ 150,29 juta atau tumbuh 36,51% dari periode yang sama tahun sebelumnya US$ 110,09 juta.

Rinciannya, penjualan ke pasar ekspor menyumbang sebesar US$ 118,75 juta dan pasar lokal US$ 31,54 juta. Sejalan dengan itu, Multistrada Arah Sarana mengantongi laba yang dapat diatribusikan pada pemilik entitas induk senilai US$ 29,13 juta, atau meningkat 17,79% dari periode yang sama tahun sebelumnya US$ 24,73 juta.

Dalam keterbukaan informasi, Steven Gommert Vette, Presiden Direktur PT Multistrada Arah Sarana Tbk menyampaikan pihaknya optimistis dapat meraih kinerja yang lebih baik dari tahun lalu.


"Jika melihat pada hasil kuartal pertama, kami sudah on track atau mencapai target bahkan melebihi target yang diinginkan. Terutama berkat adanya faktor peningkatan dari penjualan BFGoodrich dan Uniroyal yang sangat membantu peningkatan penjualan," paparnya, dalam keterbukaan informasi, Jumat (17/6).

Baca Juga: Ini Alasan Multistrada Arah Sarana (MASA) Tidak Bagi Dividen di Tahun Ini

Lebih lanjut ia bilang, MASA akan terus berupaya untuk mengembangkan produk- produk baru untuk pasar ekspor. Sedangkan untuk pasar lokal, saat ini sudah ada Achilles, BFGoodrich dan Michelin yang diproduksi secara lokal.

Sekarang MASA banyak memproduksi barang untuk Asia dan Eropa. Tahun ini, MASA juga berencana meningkatkan kapasitas produksi. Namun, Steven bilang ada beberapa tantangan seperti kapasitas.  Seperti saat ini misalnya, perusahaan hanya memiliki kapasitas ban yang sesuai dengan market MASA. Maka itu, MASA ingin mengoptimalisasi pabrik untuk dapat menjual ban ke pasar- pasar yang berbeda.

Selanjutnya, ada PT Goodyear Indonesia Tbk (GDYR) yang memperoleh penjualan bersih US$ 41,94 juta pada kuartal pertama tahun ini. Penjualan tersebut meningkat 5,53% dari kuartal pertama tahun lalu senilai US$ 39,74 juta.

Sayangnya, pada sisi bottom line GDYR harus menanggung rugi periode berjalan karena kenaikan beban pokok penjualan. Goodyear Indonesia mencatatkan rugi bersih tahun berjalan senilai US$ 1,34 juta. Angka ini berbanding terbalik dari kuartal pertama tahun 2021 yang mencatat laba periode berjalan US$ 2,17 juta.

Emiten produsen ban lainnya yakni PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 4,22 triliun pada kuartal pertama tahun 2022. Nilai tersebut naik 7,65% dari pendapatan pada periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 3,92 triliun.

Seiring dengan naiknya penjualan, beban pokok penjualan juga tumbuh. Alhasil, GJTL mengantongi laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 71,47 miliar atau turun 37,41% dari perolehan laba bersih pada kuartal pertama tahun lalu yang mencapai Rp 114,19 miliar.

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya memperkirakan performa emiten produsen ban kemungkinan masih dalam tren bertumbuh pada tahun ini seiring meningkatnya mobilitas masyarakat dan pemulihan ekonomi.

Ia melanjutkan, sentimen poitif untuk sektor ini datang dari menurunnya kasus Covid-19, tingginya vaksinasi dan herd immunity yang membuat masyarakat kembali beraktivitas. 

Baca Juga: Kinerja Emiten Otomotif dan Pendukungnya Positif pada 2021, Simak Prospeknya

"Secara mobilitas juga saat ini sudah kembali ke masa sebelum pandemi. Sehingga permintaan ban akan naik," terangnya kepada Kontan.co.id, Rabu (22/6).

Sebaliknya, tantangan untuk emiten produsen ban adalah potensi terjadinya resesi di berbagai negara, terlebih lagi pada negara adidaya seperti Amerika Serikat (AS) yang merupakan negara tujuan ekspor ban Indonesia. Sehingga jika ada perlambatan ekonomi di AS, permintaan bisa tertekan.

Untuk saham-saham emiten produsen ban, Charyl merekomendasikan pelaku pasar untuk hold dengan potensi kenaikan 5%.

Pada penutupan perdagangan Rabu (22/6) saham PT Indo Kordsa Tbk (BRAM) ditutup turun 0,22% ke harga Rp 11.175 per saham, selanjutnya saham MASA melemah 1,14% ke harga Rp 3.460 per saham, GJTL ditutup menguat 0,74% ke harga Rp 680 per saham, dan GDYR stagnan di Rp 1.310 per saham.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memberikan rekomendasi GJTL untuk buy dengan support Rp 630 resisten Tp 730 dan dari sisi indikator MACD dan Stochastic yang masih menguat dan GJTL saat ini bergerak di atas MA200.

Sementara itu, Herditya menilai volume saham GDYR dan BRAM cenderung kecil dan volatile, dari sisi indikator juga masih menunjukkan tanda-tanda koreksi, jadi pelaku pasar bisa untuk sell on strenght (SOS) lebih dulu.

Kemudian saham MASA masih sideways, Herditya menyarankan pelaku pasar untuk hold saham MASA serta memperhatikan support di Rp 3.380 dan resisten Rp 3.680.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi