JAKARTA. Hasil prapenjualan alias marketing sales para emiten properti di semester I sesuai prediksi analis. Ini membuktikan bahwa dampak inflasi tidak terasa selama semester I-2013. Salah satu emiten tersebut adalah PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI), yang mencetak marketing sales sebesar Rp 3,13 triliun atau 56% dari target 2013. Hasil PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) juga mengesankan dengan marketing sales Rp 4,2 triliun setara 60% dari target Rp 7 triliun. Analis Batavia Prosperindo Sekuritas Steven Gunawan mengatakan, emiten yang mendapat kenaikan marketing sales rata-rata dari segmen perumahan. Ini artinya, sektor ini masih kuat karena pengaruh kenaikan suku bunga belum terasa.
Sementara, segmen apartemen, perkantoran atau mal, seperti target marketing sales PT Ciputra Properti Tbk (CTRP) tumbuh tipis, yaitu naik 14% menjadi Rp 237,65 miliar. "Harga apartemen yang sudah tinggi membuat pembeli menunda pembelian. Sementara kenaikan tarif dasar listrik, upah, harga BBM, dan bunga bank menjadi alasan perusahaan menunda ekspansi," analisa Steven. Marketing sales sejatinya baru mencerminkan pendapatan atau revenue di periode berikutnya. "Rata-rata perusahaan membutuhkan waktu 8-12 bulan membukukan marketing sales jadi revenue," ujar Steven. Jadi, marketing sales saat ini baru tercermin pada 2014. Analis First Asia Capital David Nathanael Sutyanto justru mengkhawatirkan data marketing sales di kuartal III dan kuartal IV. Perubahan aturan loan to value (LTV) untuk properti kedua dan seterusnya menjadi 50%-60% akan mengurangi marketing sales di semester II. "Regulasi ini sedikit menganggu industri. Tapi, Bank Indonesia juga mengeluarkan aturan ini demi keamanan supaya tidak terjadi bubble," ujar Steven. Aturan ini akan berdampak pada marketing sales semester II. Steven bilang, 45% pembeli properti perumahan menggunakan kredit pemilikan rumah (KPR). "Semakin kecil proporsi konsumen dengan KPR semakin tidak akan terdampak aturan LTV," kata dia. Catatan Steven, proporsi konsumen BSDE 50% menggunakan KPR, ASRI 30%, PT Ciputra Development Tbk (CTRA), dan PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) 49%. Sedangkan PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) dengan produk apartemen, 50% konsumennya menggunakan sistem kredit.
Analis CIMB Securities Lydia Toisuta dan Linda Lauwira, dalam risetnya, menghitung, laba per saham emiten properti di 2014 dapat berkurang 1%-4% akibat potensi berkurangnya presales. "Bagi developer dengan proporsi pendapatan berulang tinggi bisa menutup beban operasi, jika cash inflow dari presales menjadi berkurang," tulis dia. Tim riset CIMB Securities memotong target harga rata-rata emiten properti 17% karena kenaikan beban ekuitas dan pinjaman. Namun, mereka masih memberi peringkat overweight untuk sektor ini, terutama segmen perkantoran karena memiliki perjanjian sewa jangka panjang. Steven menyarankan menjauhi saham properti di jangka pendek. "Tapi jangka panjang, bisa membeli ASRI, BSDE, dan PT Kawasan Industri Jababeka Tbk," ujar dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Avanty Nurdiana