Penjualan Formosa Ingredient (BOBA) Terkerek pada Semester I



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Formosa Ingredient Factory Tbk (BOBA) berhasil mencatatkan pertumbuhan bisnis selama paruh pertama tahun ini. Manajemen mengungkap, pencapaian tersebut didorong oleh kontrak dengan PT Quaker Indonesia. 

Direktur Utama Formosa Ingredient Factory Yunita Sugiarto mengungkapkan bahwa komposisi penjualan produk ke PT Quaker Indonesia cukup besar dibandingkan produk lainnya. 

“Faktor pendukungnya adalah adanya kontrak dengan PT Quaker Indonesia. Komposisi penjualan produk ke PT Quaker Indonesia cukup besar dibanding produk lainnya,” ujar Yunita, kepada Kontan.co.id, belum lama ini. 


Sebagai gambaran, penjualan BOBA meningkat 31,31% year on year (YoY) menjadi Rp 62,12 miliar di semester I-2023. Pada periode yang sama tahun sebelumnya, penjualan BOBA senilai Rp 47,30 miliar. 

Baca Juga: PT Timah (TINS) Masih Mengkaji Dampak Kerugian Tenggelamnya Kapal Isap Produksi

Apabila menilik data di laporan keuangan, penjualan ke PT Quaker Indonesia mencapai Rp 30,81 miliar per Juni lalu. Angka ini lebih melesat 349,43% dari semula Rp 6,85 miliar pada tahun sebelumnya. 

Pihaknya memproyeksikan tren pertumbuhan penjualan akan berlanjut sampai tutup tahun nanti. Faktor pendorong utamanya yakni kontrak yang masih terjalin dengan PT Quaker Indonesia. 

Namun demikian, untuk memaksimalkan penjualan ke depan, BOBA juga akan terus mengembangkan produk lain dengan meluncurkan beberapa produk baru. 

“Produk baru di semester I-2023 yang sudah dirilis antara lain popping boba rasa mango, kiwi sauce, orange sauce, beberapa produk powder,” jelasnya. 

Di tengah kenaikan penjualan, laba bersih BOBA terpantau melesu pada semester pertama lalu. Angkanya tercatat menurun 54,07%, dari semula Rp 7,04 miliar menjadi Rp 3,23 miliar. 

Baca Juga: Sampai Juli 2023, PTPP Kantongi Kontrak Baru Rp 15,69 Triliun

Yunita bilang, penurunan laba bersih tersebut dikarenakan adanya perbedaan komposisi margin antar produk yang cukup berpengaruh pada laba bersih. 

“Selain itu, adanya kenaikan biaya cukup memengaruhi penurunan laba bersih tersebut,” tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi