Penjualan Gas PGN Terancam Stagnan



JAKARTA. Meski baru memasuki awal kuartal kedua tahun ini, kinerja PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) sepertinya tak akan beranjak jauh dibandingkan tahun lalu. Indikatornya adalah penjualan gas perusahaan pelat merah ini, yang terancam stagnan. Padahal, harga jual gas terus merangkak naik.

Hendri Prio Santoso, Direktur Utama PGAS, menyatakan target penjualan gas tahun ini sekitar 700 BBTUD (british termal unit per hari) hingga 800 BBTUD. Target ini hampir sama dengan pencapaian tahun lalu. Sedangkan kebutuhan gas di dalam negeri mencapai 1.096,27 BBTUD tahun ini.

Target penjualan tersebut juga lebih rendah dibandingkan kontrak penyaluran gas yang sudah ditandatanganinya. Hendri mengungkapkan, PGAS mengantongi total kontrak penjualan gas sebanyak 969 BBTUD. "Ternyata banyak komitmen penyaluran gas yang di bawah target," katanya di Jakarta, kemarin. Namun, dia tidak menyebutkan pasokan gas mana saja yang menurun.


Sekedar informasi, sepanjang 2009 PGAS mampu menjual gas sebanyak 792 BBTUD. Jumlahnya meningkat 37% dari pencapaian tahun 2008, yang sebanyak 578 BBTUD.

Rencana akuisisi

Menurut Hendri, penjualan gas PGAS akan kembali meningkat mulai tahun 2011 hingga 2015 yang ditargetkan mencapai 978 BBTUD. Target ini disesuaikan dengan perkiraan kebutuhan gas akan meningkat menjadi 1.166,26 BBTUD pada tahun depan dan sebanyak 2.027,09 BBTUD di tahun 2015.

Nah, demi menggenjot peningkatan penjualan dan produksinya, mulai sekarang PGAS berniat mengakuisisi perusahaan minyak dan gas (migas). "Sehingga kami bisa menaikkan penjualan," imbuh Hendri.

Saat ini, PGAS tengah melakukan uji tuntas atau due diligence atas dua perusahaan. Rencananya, proses akuisisi bisa berlangsung pada semester kedua nanti. Dana akuisisi yang dianggarkan mencapai US$ 350 juta. Namun, PGAS hanya berminat menjadi pemegang saham minoritas di perusahaan yang bakal diakuisisinya tersebut.

Selain itu, PGAS sedang membentuk anak usaha patungan dengan PT Pertamina. Anak usaha itu akan membangun terminal LNG terapung alias floating storage and regasification di Sumatera Utara dan Jawa Barat. Nantinya, PGAS akan memiliki 40% saham di perusahaan anyar itu. "Nilainya belum tahu," kata Hendri. PGAS berniat mencari dana eksternal buat membiayai ekspansinya itu.

Chandra, Analis e-Trading Securities, mengatakan PGAS tak bisa menikmati kenaikan harga jual lantaran penjualannya tidak meningkat. Tapi, PGAS tidak akan kena pinalti lantaran tak bisa memenuhi kontrak. Sebab, pasokan gas memang minim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test