Penjualan GOLL masih alot, AISA butuh katalis



KONTAN.CO.ID - PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) bermaksud meringankan beban kinerja konsolidasi. Salah satu langkah yang pernah ditempuh, yakni dengan mengurangi kepemilikan saham pada PT Golden Plantation Tbk (GOLL). Penjualan saham GOLL itu, dinilai bisa meringankan posisi utang perusahaan tersebut.

Sebelumnya, AISA terikat perjanjian jual beli saham pada tanggal 11 Mei 2016 dengan PT JOM Prawarsa Indonesia (PT JOM). AISA menjual kepemilikan 78,17% kepemilikan saham GOLL kepada PT JOM.

Dalam laporan keuangan kuartal 1-2017, AISA mencatatkan jumlah piutang sebesar Rp 548,49 miliar dari PT JOM. Sementara, jumlah piutang pihak berelasi non-usaha sampai kuartal 1-2017 sebesar Rp 551,97 miliar. Artinya, piutang dari PT JOM tersebut adalah yang terbesar.


Sejatinya, piutang jual beli saham GOLL dengan denominasi mata uang rupiah ini memiliki harga pengalihan sebesar Rp 521,43 miliar. Perjanjian tersebut menetapkan pembayaran dilakukan selambatnya pada 30 September 2016. Oleh karena itu, terhitung 1 Oktober 2016, JOM dikenakan denda sebesar 10,25% per tahun bila belum melunasinya.

Sampai dengan 31 Maret 2017, AISA membukukan pendapatan denda dari PT JOM sebesar Rp 13,7 miliar. Sampai dengan 31 Maret 2017, PT JOM juga belum melakukan pembayaran atas transaksi jual beli saham GOLL. Sayangnya, manajemen masih enggan berkomentar mengenai kelanjutan proses tersebut.

"Untuk saat ini, belum ada informasi yang bisa kami share," terang Desilina, Sekretaris Perusahaan AISA kepada KONTAN, Selasa (22/8).

Muhammad Nafan Aji analis Binaartha Parama Sekuritas menilai, proses negosiasi yang sangat alot membuat pembayaran atas transaksi jual beli saham GOLL masih belum tuntas. Ke depannya diharapkan agar prinsip saling menguntungkan kedua belah pihak mutlak dilakukan. "Agar proses jual beli saham GOLL berjalan lancar," terang Nafan kepada KONTAN, Selasa (22/8).

Dia mengamati pergerakan harga saham AISA saat ini sangat memerlukan sentimen positif. Hal itu lantaran untuk mendongkrak bangkit saham AISA. Menurutnya, penyelesaian transaksi yang cepat, tepat dan akurat akan menjadi katalis positif bagi pergerakan saham AISA.

Namun, berlarut-larutnya persoalan transaksi tersebut akan memberikan ketidakpastian bagi para investor. Pasalnya, beban utang AISA begitu tinggi. Sampai kuartal 1-2017, total liablitas AISA sebesar Rp 4,96 triliun. "Adapun debt ratio AISA pada 2016 adalah 1,27," katanya.

Menurutnya, PT JOM harus melaksanakan kewajiban atas aksi tersebut. Agar proses transaksi jual beli saham GOLL bisa tuntas secepatnya. Namun, bila ternyata PT JOM tak bisa menyelesaikan kewajiban, bisa berdampak negatif terhadap kinerja emiten.

Di antaranya yakni beban utang AISA tidak akan berkurang. Hal ini bertolak belakang dari aksi emiten ini yang gencar melakukan restrukturisasi utang dalam rangka mendapatkan kepercayaan investor pasca kasus PT Indo Beras Unggul sebelumnya.

Pada akhir tahun 2017, Nafan memprediksi pendapatan AISA diproyeksikan naik 3% menjadi Rp 6,7 triliun. Selain itu, diproyeksi pula dengan penurunan laba bersih 28% menjadi Rp 460 miliar. Dia merekomendasikan AISA masih hold dengan target harga di 1.390.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini