Penjualan grup Toyota stagnan tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penjualan bisnis grup otomotif Toyota diprediksi mengalami tantangan berat di tahun 2018 ini, baik dari segi kompetisi maupun regulasi.

Bob Azam, Direktur Administrasi, Korporasi dan Hubungan Eksternal Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) menjelaskan sampai akhir tahun ekspor Toyota diprediksi sama dengan tahun lalu. Tahun lalu ekspor PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) mencapai 199.600 unit.

Kontribusi terbesar pada pencapaian ekspor Toyota tahun lalu berasal dari model sport utility vehicle (SUV) Fortuner yang mencapai 69.700 unit. "Penjualan masih inline setelah koreksi karena ada Vietnam. Tahun ini juga model Fortuner penjualan terbesar," kata Bob kepada Kontan.co.id, Jumat (9/11).


Selain Fortuner, Toyota juga mengekspor mobil lainnya. Diantaranya sedan Vios, Kijang Innova, Sienta, Yaris. Serta beberapa model lain yakni Avanza, Rush, Agya (Wigo) dan Town/Lite Ace yang diproduksi oleh grup Toyota di Indonesia yaitu Astra-Daihatsu Motor.

Dari catatan TMMIN, ekspor completely built up (CBU) brand Toyota dari Indonesia selama bulan Januari sampai dengan September 2018 sebesar 154.500 unit atau naik 2,8% dari periode sama tahun lalu. Volume terbesar disumbang oleh Fortuner sebesar 39.000 unit. Ekspor lainnya berupa bentuk terurai atau completely knock down (CKD) sebesar 32.000 unit, mesin (engine) sebesar 115.000 unit, dan komponen sebesar 72.4 juta pieces.

Catatan saja pada awal tahun, ekspor otomotif asal Indonesia memang harus tersendat. Kebijakan pemerintah Vietnam yang memperketat persyaratan impor mobil CBU membuat produsen otomotif dalam negeri harus menghentikan sementara pengiriman kendaraan sejak awal tahun ini.

Mandeknya kegiatan ekspor ini merupakan imbas keputusan Perdana Menteri Vietnam No. 116/2017/ND-CP yang terkait tentang Overseas Vehicle Type Approval (VTA). Dalam beleid yang terbit akhir tahun 2017 dan berlaku efektif 1 Januari 2018 tersebut, Vietnam menerapkan kebijakan terkait uji tipe dan uji emisi menjadi lebih ketat.

Setelah melakukan beberapa upaya bilateral masalah ini tuntas. Baru pada Juli, Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) sudah dapat kembali melakukan aktivitas ekspor mobil dalam bentuk utuh (CBU) ke Vietnam. "Saat ini ekspor utama kami masih berada Middle East, Asia Tenggara. Sedikit Afrika dan Amerika Selatan," papar Bob.

Secara umum, TMMIN telah mengeskpor kendarannya ke lebih dari 80 negara di Asia, Eropa, Australia, Afrika, Amerika Latin, Karibia, Timur Tengah, dan Pasifik. Sedangkan di dalam negeri penjualan diprediksi akan turun.

Fransiscus Soerjopranoto, Executive General Manager PT Toyota-Astra Motor menjelaskan, penjualan dari diler ke konsumen (retail sales) Toyota pada Oktober mencapai 291.614 unit. Bila dibandingkan dengan data retail sales Gaikindo tahun lalu jumlah tersebut turun 3,2% dibanding periode sama tahun lalu sebesar 301.483 unit.

Soerjopranoto memprediksi penjualan ritel maupun wholesales Toyota mencapai 350.000 unit. Atau turun dari periode sama tahun lalu sebanyak 371.332 unit. "Tapi kami optimistis pangsa pasar bisa tetap di atas 30%," katanya kepada Kontan.co.id beberapa saat lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati