Penjualan Inalum Diprediksi Merosot



JAKARTA. Pelemahan harga aluminium di pasar internasional sejak tahun lalu berimbas pada kinerja penjualan PT Indonesia Asahan Aluminium (PT Inalum). Tahun ini, penjualan Inalum diperkirakan bakal merosot tajam.

Ketua Otoritas Asahan Effendy Sirait memperkirakan, tahun ini, Inalum hanya akan membukukan penjualan sekitar US$ 335 juta. Angka ini turun 34,1% ketimbang penjualan tahun 2012 yang sebesar US$ 509 juta. "Harga aluminium fluktuatif, tapi menunjukkan tren menurun sejak tahun lalu," ujarnya, pekan lalu.

Sejak awal tahun 2013, harga aluminium bergerak di kisaran US$ 1.800 per ton hingga US$ 2.000 per ton. Padahal, pada tahun 2011, harga aluminium cenderung stabil di kisaran US$ 2.300 per ton.


Kinerja penjualan PT Inalum memang berfluktuasi dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2008 misalnya, Inalum membukukan penjualan US$ 552 juta. Namun, pada tahun 2009, penjualan Inalum merosot menjadi US$ 478 juta. Pada tahun 2010 dan 2011, penjualan Inalum kembali meningkat masing-masing menjadi US$ 542 juta dan US$ 580 juta.

Selain penurunan harga aluminium global, langkah produsen aluminium asing yang mengekspor produknya ke Indonesia juga berpengaruh pada kinerja Inalum. Serbuan aluminium impor ini membuat penjualan Inalum di domestik makin tergerus.

Inalum terikat kontrak untuk mengekspor 60% produk mereka ke Jepang sesuai dengan perjanjian dengan konsorsium Nippon Asahan Aluminium (NAA) sebagai pemilik saham mayoritas dari Inalum. Nah, karena harga jual yang terus melemah ini pula, Effendy bilang, perusahaannya menerapkan strategi lindung nilai (hedging). “Kami berharap dengan strategi hedging bisa menjaga kinerja di level harga tertentu,” ujarnya.

Di sisi lain, harga alumina sebagai bahan baku aluminium, justru menunjukkan tren naik. Akibatnya, laba perusahaan justru tertekan. Tiap bulan, Effendy bilang Inalum hanya meraup laba sekitar US$ 3 juta hingga US$ 4 juta. Alhasil, sepanjang tahun ini, Inalum diperkirakan hanya meraup laba sekitar US$ 36 juta-US$ 48 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi