JAKARTA. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mencetak pertumbuhan penjualan semen tertinggi di semester I-2012. Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mencatat, Indocement berhasil menjual semen sebanyak 8,55 juta ton, naik 22,08% dari semester I-2011 sebanyak 7 juta ton. Pencapaian itu ikut mengerek pangsa pasar Indocement. Di akhir Juni tahun lalu, pangsa pasar Indocement tercatat masih 31,14% dari total industri semen nasional sebanyak 22,49 juta ton. Di paruh pertama 2012, pangsa pasar Indocement terangkat menjadi 33,03% dari total penjualan nasional yang 25,89 juta ton. Pencapaian itu menjadikan emiten berkode saham INTP ini sebagai produsen dengan pertumbuhan penjualan tertinggi. Sebab, pertumbuhan dua pesaing terdekat yaitu PT Semen Gresik Tbk dan PT Holcim Indonesia Tbk tidak segemilang Indocement.
Di akhir Juni 2012, Semen Gresik hanya mencetak kenaikan penjualan semen 12,24% menjadi 10,29 juta ton dibandingkan periode sama 2011. Pangsa pasar Semen Gresik juga turun dari 40,75% di semester I-2011 menjadi 39,74% di akhir Juni 2012. Sementara Holcim menjual semen sebanyak 4,06 juta ton, tumbuh 16,67% dari semester I-2011. Pangsa pasar Holcim sedikit naik dari 15,48% menjadi 15,69% di akhir Juni 2012. Sahat Panggabean, Sekretaris Perusahaan Indocement, menjelaskan pertumbuhan penjualan ditopang kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pasar. "Kemampuan produksi sesuai dengan permintaan pasar dan kesiapan logistik Indocement juga memadai," kata dia kepada KONTAN, Jumat (20/7). Tapi manajemen Indocement tak bersedia membeberkan dampak pertumbuhan volume terhadap kinerja keuangan di semester I-2012. "Kami masih menunggu laporan keuangan selesai," tutur Sahat. Analis Sucorinvest Central Gani, Gifar Indra Sakti, berpendapat, Indocement memiliki beberapa keunggulan dalam hal utilisasi produksi. Saat ini, Indocement baru menggunakan 70%-80% dari total kapasitas yang sebanyak 18,6 juta ton per tahun. Hal itu memberikan ruang bagi Indocement untuk bisa lebih banyak memenuhi permintaan dibanding dua pesaingnya. "Ruang pertumbuhan Indocement masih besar, sehingga wajar mereka bisa mencetak kenaikan tertinggi," jelas Gifar. Indocement juga meraih berkah dari wilayah Jawa Barat yang notabene basisnya. Pertumbuhan pasar semen di Jawa tercatat sekitar 14,6%, kalah dari non-Jawa sebesar 15,7%. Namun, sekitar 55% dari total penjualan semen terkonsentrasi di Jawa. Indocement tentu lebih bisa menggarap pasar paling besar itu. Maklum, dua dari tiga pabrik Indocement berada di Jabar yaitu Citeureup dan Cirebon. "Distribusi dan logistik Indocement bisa lebih cepat dibanding dua pesaingnya," ujar Gifar. Kinerja penjualan di semester I diprediksi bisa berlanjut di paruh kedua. Gifar menghitung, Indocement bisa menjual semen 16,9 juta ton di akhir tahun nanti. Jumlah tersebut tumbuh 8% dari realisasi penjualan 2011 sebanyak 15,7 juta ton.
Tapi Indocement perlu mewaspadai gebrakan Semen Gresik. Produsen semen milik pemerintah ini mendapat tambahan produksi 6 juta ton dari dua pabrik baru, yaitu Tuban IV (Jawa Timur) dan Tonasa V (Sulawesi Selatan). "Ruang utilisasi Semen Gresik kembali melebar setelah sebelumnya sudah maksimal," kata Gifar. Tapi, Indocement tetap diunggulkan untuk kembali berjaya terutama di Jabar dan sebagian kecil Jawa Tengah. Gifar memproyeksikan pendapatan Indocement mencapai Rp 16,1 triliun di akhir 2012, naik 16% dari tahun lalu senilai Rp 13,89 triliun. Laba bersihnya diprediksi tumbuh 24% menjadi Rp 4,45 triliun. Gifar merekomendasikan beli INTP dengan target Rp 19.700 per saham, yang mencerminkan price-to-earning ratio (PER) 16 kali. Harga INTP, Jumat (20/7), menguat 0,27% menjadi Rp 18.900 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sandy Baskoro