Penjualan Intiland menciut 21,33%



JAKARTA. Pengembang properti PT Initland Development Tbk rupanya tak imun dari perlambatan bisnis properti. Terbukti, perusahaan ini cuma mampu mencatatkan pendapatan penjualan proyek atawa marketing sales Rp 1,18 triliun sepanjang semester I-2014. Kalau dibandingkan dengan marketing sales semester I-2013 yang sebesar Rp 1,5 triliun, capaian tersebut melorot 21,33%.Kontributor pendapatan di enam bulan pertama tahun ini adalah superblok yang mencapai 50,2%, atau Rp 592,36 miliar. Lantas disusul penjualan hunian sebesar 32,2%, atau setara dengan Rp 379,96 miliar. Sisanya berasal dari kontribusi penjualan kawasan industri Rp 110,92 miliar (9,4%) dan penjualan lain-lain Rp 96,76 miliar (8,2%).Alasan Intiland mengalami perlambatan bisnis tak berbeda dengan pengembang lain. Perusahaan berkode DILD di Bursa Efek Indonesia ini sejak semula sudah memperkirakan minat pasar terhadap produk properti bakal melemah bertepatan dengan momen pemilihan umum (pemilu).Dus, perusahaan ini memilih memilih lebih banyak meluncurkan proyek baru pada tahun lalu ketimbang tahun ini. "Tidak bisa dipungkiri ada faktor pemilu juga," aku Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland Archied Noto Pradono, kepada KONTAN, Rabu (16/7).Namun perlu Anda catat, proyeksi penurunan minat pasar bukan satu-satunya alasan Intiland tak merealisasikan proyek baru. Di proyek superblok di Kebon Melati, Jakarta Pusat misalnya, perusahaan ini mengaku terganjal perizinan. Padahal semula perusahaan ini menargetkan bisa memulai proyek ini pada awal 2014.Sekadar informasi, superblok Kebon Melati merupakan proyek patungan dimana Intiland menguasai 55% saham. Proyek ini akan berisi kondominium, ritel, perkantoran dan hotel.Meski mengakui tantangan bisnis properti tahun ini tak mudah, Intland masih optimistis bisa mengejar kinerja di semester II. Perusahaan ini menyatakan belum akan merevisi target marketing sales sepanjang tahun ini yang sebesar Rp 2,8 triliun. Mengacu target marketing sales tersebut, berarti perusahaan ini masih harus mengejar marketing sales sebesar Rp 1,62 triliun di paruh kedua tahun ini.Mengandalkan cuan dari superblokUntuk mendukung pemenuhan sisa target marketing sales tersebut, Intiland mengandalkan pemasukan dari penjualan superblok yang tengah dibangun. Sebut saja superblok Aeropolis di Tangerang (Banten), South Quarter di Jalan T.B. Simatupang (Jakarta Selatan) dan Spazio di Surabaya (Jawa timur).

Proyeksi Archied, ketiga proyek baru ini rampung pada 2015 hingga 2016. Selain meneruskan proyek yang tengah berjalan, Intiland sedang ancang-ancang mereklamasi pulau di pantai Utara Jakarta, yakni Pantai Mutiara. Ini adalah bagian dari mega proyek Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang berniat membangun 17 pulau buatan.Intiland kebagian jatah mengolah lahan163 hektare (ha). Perusahaan ini telah mengolah 100 ha diantaranya menjadi kawasan perumahan Pantai Mutiara. Sementara lahan 63 ha sisanya, bakal berupa pulau baru.Intiland mengklaim sudah mendapat izin prinsip mereklamasi. "Kalau semua berjalan lancar, reklamasi akan dilakukan mulai 2015 sampai dengan tiga tahun berikutnya," terang Archied.

Nantinya, lanjut Archied, di atas pulau buatan tersebut akan berdiri hunian baik tapak maupun high rise untuk kelas menengah atas serta ritel. Sayangnya, dia enggan buka-bukaan mengenai estimasi nilai investasinya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto