Penjualan Jembo Cable Turun 2,7%



JAKARTA. Produsen kabel PT Jembo Cable Company Tbk  hanya mampu membukukan penjualan bersih Rp 612,91 miliar pada semester I-2013 ini. Angka penjualan ini turun 2,7% ketimbang periode yang sama tahun lalu. Adapun, laba bersih perusahaan pada semester I-2013 hanya Rp 16,93 miliar, turun 34,25% ketimbang semester I-2012.

Direktur dan Sekretaris PT Jembo Cable Company Tbk Antonius Benaldy bilang, penjualan emiten berkode saham JECC ini susut karena penjualan kuartal I-2013 kurang maksimal. Antara lain, "Proyek dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) lebih lambat, persaingannya juga semakin ketat," katanya, kemarin.

PLN adalah salah satu konsumen kabel produksi JECC itu. Akibat tender kabel dari PLN lambat, Antonius bilang, penjualan kabel listrik tegangan menengah JECC semester I-2013 hanya Rp 60,42 miliar, merosot 54,57% dibanding periode sama tahun lalu yang mencapai Rp 133,01 miliar.


Sedangkan penjualan kabel tegangan rendah pada semester I-2013 mencapai Rp 463,61 miliar, naik tipis dari semester I-2012. Tapi, penjualan kabel telepon Jembo pada semester I-2013 mencapai Rp 88,86 miliar atau melonjak 225% dari semester I-2012.

Kenaikan penjualan kabel jenis ini ditopang oleh penjualan kabel serat optik yang tumbuh enam kali lipat dari semester I-2012 menjadi Rp 54,04 miliar. "Penjualan kabel serat optik terutama dikontribusi dari PT Telkom untuk proyek fiber to the home (FTTH)," jelas Antonius.

Sementara itu, ekspor kabel JECC pada paruh pertama tahun ini juga melorot 62,1% menjadi Rp 27,08 miliar. Antonius bilang, ekspor yang anjlok dipicu permintaan kabel yang susut akibat pelambatan ekonomi global. Di sisi lain, makin banyak pebisnis kabel yang ikuti tender di pasar internasional turut melorotkan permintaan ekspor.

Karena ekspor turun, Antonius bilang, JECC akan menggenjot penjualan kabel domestik. Perusahaan akan fokus mengembangkan produksi kabel serat optik.

JECC akan menginvestasikan US$ 2,5 juta untuk menambah mesin produksi kabel optik demi mendongkrak kapasitas produksi dari 18.500 kilometer (km) per bulan menjadi 72.000 km per bulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi