Penjualan Karya Seni Lesu, Beban Utang Balai Lelang Kian Menjulang



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penjualan balai lelang kian loyo lantaran kondisi ekonomi yang makin lesu. Kondisi ini membuat kinerja balai lelang juga menurun. Penjualan Sotheby's turun 21% sedangkan penjualan Christie's sama saja yakni menurun 22%. Sotheby's bahkan harus bergulat dengan peningkatan beban utang yang menggunung. Peringkat kredit balai lelang milik miliarder Patrick Drahi ini bahkan sudah dilabeli sampah, karena berpotensi tidak bisa membayar kembali utang.

Pasar seni global berkontraksi. Menurut data Art Basel dan UBS Group AG, penjualan pasar seni menurun 4% pada tahun 2023 dibanding tahun 2022.

Penurunan ini membuat kinerja sejumlah balai lelang ikut terjerembab. Sotheby's, misalnya, melaporkan penurunan penjualan konsolidasi selama kuartal II tahun ini sebesar 21% menjadi US$ 367 juta. Kondisi serupa juga dirasakan oleh Christie's yang membukukan penurunan penjualan lelang sebesar 22% menjadi US$ 2,1 miliar.


Baca Juga: Balai Lelang Besutan Pharrel Williams Gaet Kolektor Muda dan Selebritas

Tak hanya harus bergulat dengan penurunan penjualan, Sotheby's juga harus berurusan dengan beban utang. Sotheby's memiliki total utang senilai lebih dari US$ 1,8 miliar.

Dari jumlah total utang tersebut, Menurut data Bloomberg, senilai US$ 544 juta belum ditarik Sotheby's berdasarkan pinjaman berjangka, fasilitas kredit bergulir, dan beberapa obligasi berimbal hasil tinggi. Untuk mengamankan utang, entitas terafiliasi lainnya, yakni Sotheby's Financial Services, meminjam dana sekitar US$ 700 juta di pasar sekuritas yang didukung aset berupa jaminan pribadi yang diberikan kepada kolektor seni.

Langkah ini memungkinkan rumah lelang yang dimiliki oleh miliarder Patrick Drahi ini mengurangi beban utangnya secara signifikan dan menghindari kreditur. Pada bulan Juni, sebelum investasi diumumkan, S&P Global Ratings menyuarakan kekhawatiran tentang kemampuan Sotheby untuk melaksanakan pembiayaan ulang jika kinerjanya terus menurun. Peringkat kreditnya juga dipangkas menjadi junk bond.

Rencana pembayaran kali ini memberi pendekatan yang berbeda dari yang diambil Drahi dengan para krediturnya di Altice France. Drahi memindahkan aset dari jangkauan pemberi pinjaman dan meminta sejumlah pihak mengambil potongan 20% untuk membantu perusahaan mengurangi leverage.

Sotheby juga mendapat pinjaman dari dana kekayaan negara Abu Dhabi, Abu Dhabi Developmental Holding Company PJSC atau yang dikenal dengan ADQ senilai US$ 1 miliar. Pinjaman ini digunakan untuk membayar kembali sebagian pemberi pinjaman. Sumber Bloomberg mengatakan, uang tunai tersebut untuk  membayar kreditor senilai US$ 700 juta.

Pinjaman itu menyebabkan ADQ akan menjadi pemegang saham minoritas di Sotheby's. "Kemungkinan realisasi akan terjadi di kuartal IV tahun ini," menurut sumber Bloomberg. Sejak tahun 1744, Sotheby menyediakan pinjaman kepada klien dengan jaminan barang seni dan koleksi. Pinjaman ini bentuknya pinjaman berjangka dengan uang muka.

Kalau Christie memiliki layanan pinjaman dengan menggandeng Art Money pada tahun 2016. Skema ini ditawarkan atas karya seni dengan nilai kurang dari US$ 1 juta dengan tenor 10 bulan.  

Baca Juga: Balai Pengelola Kereta Api Sulawesi Selatan Fasilitasi UMKM untuk Jajakan Dagangannya

Editor: Avanty Nurdiana