Penjualan Kendaraan Lesu, Kredit Kendaraan Bermotor Perbankan Tertekan



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Perlambatan kondisi ekonomi nasional kian terasa pada sektor otomotif, yang berdampak langsung terhadap penurunan penyaluran kredit kendaraan bermotor (KKB) oleh perbankan.

Meski penjualan kendaraan masih mencatatkan pertumbuhan pada periode tertentu, tren secara tahunan menunjukkan pelemahan yang berimbas pada kinerja pembiayaan.

Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan penjualan mobil ritel pada November 2025 mencapai 79.310 unit atau tumbuh 3,7% secara tahunan (year-on-year/YoY). Namun secara kumulatif sejak awal tahun, penjualan mobil justru turun 8,4% YoY menjadi 739.977 unit.


Sementara itu, Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) mencatat penjualan sepeda motor domestik pada November 2025 masih tumbuh 2,1% YoY menjadi 523.591 unit.

Meski demikian, secara kumulatif sejak awal tahun pertumbuhannya terbilang tipis, yakni hanya 0,35% YoY dengan total penjualan mencapai 5,95 juta unit.

Baca Juga: Lonjakan Investor Pasar Modal Dongkrak Dana Kelolaan Bank Kustodian

Di sisi lain, tekanan lebih dalam justru terlihat pada penyaluran kredit kendaraan bermotor. Data sementara Bank Indonesia (BI) mencatat penyaluran KKB pada November 2025 terkontraksi 4,7% YoY menjadi Rp 137,2 triliun. Koreksi ini melanjutkan tren penurunan pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,1% YoY.

Padahal, kredit konsumsi lainnya sudah kembali mencatatkan kinerja positif. Kredit pemilikan rumah (KPR) tumbuh 6,9% YoY, meningkat dari pertumbuhan 6,8% YoY pada bulan sebelumnya.

Kredit multiguna juga mencatatkan akselerasi pertumbuhan dari 8,1% YoY menjadi 8,8% YoY. Secara keseluruhan, kredit konsumsi pada November 2025 tumbuh 7,2% YoY, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 6,9% YoY.

Pelemahan KKB ini terjadi meskipun sejumlah bank telah menurunkan suku bunga kredit kendaraan.

Salah satunya Bank Central Asia (BCA) yang sejak 1 November 2025 menurunkan suku bunga KKB tenor reguler 1–4 tahun untuk mobil penumpang baru menjadi 3%–3,9%, dari sebelumnya 3,28%–4,18%. Berdasarkan situs resmi BCA, suku bunga tersebut berlaku hingga 31 Januari 2026.

EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F Haryn menuturkan bahwa pertumbuhan kredit secara umum memang sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian. Menurutnya, perlambatan pertumbuhan kredit yang terjadi saat ini mencerminkan kondisi ekonomi riil.

Baca Juga: Aturan Baru OJK: Rekening Bank Tak Aktif 5 Tahun Masuk Kategori Dormant

Hingga kuartal III-2025, BCA mencatat portofolio KKB sebesar Rp 61,4 triliun. Secara kuartalan, jumlah tersebut menunjukkan tren penurunan dari Rp 67,1 triliun pada kuartal I-2025 dan Rp 65,4 triliun pada kuartal II-2025.

Ke depan, Hera menyebut BCA akan terus menyesuaikan produk dan layanan agar tetap relevan dengan kebutuhan pasar, sekaligus memperkuat kerja sama strategis dengan berbagai mitra untuk memperluas jaringan pembiayaan kendaraan.

Selain itu, bank juga menekankan pentingnya menjaga kualitas kredit dengan mendorong nasabah memastikan kemampuan finansial sebelum mengambil fasilitas pembiayaan.

“Ditopang likuiditas yang memadai, BCA senantiasa mendorong penyaluran kredit ke berbagai sektor dan segmen, serta mengedepankan prinsip kehati-hatian dengan manajemen risiko yang disiplin,” kata Hera kepada Kontan, Selasa (23/12/2025).

Langkah serupa juga dilakukan PT Bank CIMB Niaga Tbk yang menurunkan suku bunga dasar kredit (SBDK) sebesar 10 basis poin pada segmen ritel sejak November 2025. Untuk kredit mobil baru dengan tenor 1–6 tahun, suku bunga CIMB Niaga kini berada di kisaran 3,12%–6,76%.

Meski penjualan mobil baru melambat, Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan mengungkapkan bahwa penyaluran KKB melalui anak usaha pembiayaan CNAF masih mampu tumbuh sekitar 15% secara tahunan.

Baca Juga: OJK Optimistis Bank Bermodal Kecil Tetap Tumbuh, Konsolidasi Jadi Kunci pada 2026

Pertumbuhan tersebut terutama ditopang oleh pembiayaan refinancing dan mobil bekas yang masih menunjukkan permintaan solid.

“Kami harapkan bisa tumbuh double digit sampai akhir tahun,” kata Lani.

Tren serupa juga terjadi di Bank Sumsel Babel. Pemimpin Divisi Sekretaris Perusahaan Bank Sumsel Babel Teddy Kurniawan mengungkapkan bahwa penyaluran KKB bank tersebut tumbuh 7% YoY pada November 2025, meningkat dibandingkan pertumbuhan 4% YoY pada bulan sebelumnya.

Teddy mengakui bahwa jika dibandingkan tahun lalu, pertumbuhan KKB saat ini memang cenderung melambat. Namun demikian, realisasi tersebut masih sejalan dengan target pertumbuhan 8% YoY hingga akhir tahun sehingga bank tidak melakukan revisi target.

Menurut Teddy, pertumbuhan penyaluran KKB saat ini terutama didorong oleh berbagai program promosi. Untuk menjaga momentum hingga akhir tahun, bank juga terus mengintensifkan aktivitas pemasaran dengan memaksimalkan sumber daya manusia yang dimiliki.

“Kami juga aktif melakukan pemantauan untuk mencapai realisasi,” imbuh Teddy.

Selanjutnya: Peluang serta Tantangan Bisnis Waralaba Tanpa Gerai Fisik

Menarik Dibaca: Bukan Sekadar Panjang Umur, Ini Tips Perawatan Usia Lanjut agar Tetap Berkualitas

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News