KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri kendaraan niaga masih menghadapi tekanan pada awal 2025. Para Agen Pemegang Merek (APM) terus mencari peluang pertumbuhan di tengah tantangan ekonomi dan regulasi yang memengaruhi pasar otomotif nasional. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan wholesales kendaraan niaga seperti truk mengalami penurunan sebesar 4% menjadi 4.650 unit pada Januari 2025, dibandingkan dengan 4.839 unit pada Januari 2024. Tren ini sejalan dengan penurunan penjualan mobil secara keseluruhan, yang menyusut 11,3% menjadi 61.843 unit pada periode yang sama.
CEO PT Indomobil National Distributor, Tan Kim Piauw, mengungkapkan bahwa permintaan kendaraan niaga masih cukup banyak, meskipun belum mengalami lonjakan signifikan. Baca Juga: Kenaikan UMP dan PPN di 2025 Berpotensi Tekan Penjualan Lahan Industri Menurutnya, ketidakpastian bisnis akibat agenda politik tahun lalu dan kebijakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi faktor yang memengaruhi kinerja industri otomotif. "Jika melihat tren otomotif, segmen kendaraan niaga memang mengalami tekanan cukup besar tahun lalu. Di awal 2025 ini, posisinya masih belum berubah banyak," ujar Tan Kim Piauw, Senin (17/3). Ia juga menyoroti meningkatnya pasar mobil bekas sebagai alternatif bagi konsumen di tengah penurunan penjualan mobil baru. "Ketika penjualan mobil baru turun, masyarakat cenderung mencari kendaraan bekas. Ini juga terlihat pada segmen kendaraan niaga," tambahnya. Menjelang Lebaran, permintaan kendaraan biasanya meningkat pada Februari, didorong oleh program promosi dan persiapan mudik masyarakat. Namun, setelah memasuki pertengahan Maret, permintaan cenderung melambat seiring pergeseran prioritas pengeluaran masyarakat ke kebutuhan lain. Baca Juga: Strategi Bentoel Pertahankan Pangsa Pasar di Tengah Kenaikan Harga Jual Eceran 2025 Sementara itu, PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) mencatat pertumbuhan penjualan ritel sebesar 12% pada Februari 2025, dengan kontribusi terbesar berasal dari New Carry dan New XL7. Departement Head of 4W Sales PT SIS, Randy R. Murdoko, menyebut kepercayaan pelanggan sebagai faktor utama dalam pencapaian ini. "New Carry kembali menunjukkan dominasinya sebagai kendaraan niaga terpercaya. Tipe ini tumbuh 12% dibandingkan Januari, sekaligus menyumbang 44% dalam total retail sales Suzuki di Februari," ujar Murdoko dalam keterangan resminya. Dari perspektif APM lain, PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) melihat tahun 2025 sebagai periode penuh tantangan bagi industri otomotif, khususnya di segmen kendaraan niaga. President Director PT IAMI, Yusak Kristian, menjelaskan bahwa meskipun pasar otomotif nasional mengalami tekanan tahun lalu, Isuzu tetap optimistis terhadap peluang pertumbuhan tahun ini. Baca Juga: Himpunan Kawasan Industri (HKI) Beberkan Peluang dan Tantangan Tahun Depan "Pada 2024, total penjualan otomotif turun dari 1 juta unit menjadi sekitar 860 ribu unit. Awal 2025 juga masih menantang karena ada beberapa regulasi yang baru difinalisasi pada akhir 2024, sehingga Januari belum bisa bergerak optimal," ujar Yusak. Ia menambahkan bahwa kondisi pasar mulai menunjukkan perbaikan pada Februari, meskipun perlambatan di awal tahun masih berpengaruh terhadap kinerja keseluruhan. "Kalau ekonomi tidak bergerak, industri otomotif juga akan terdampak. Oleh karena itu, kami berharap ekosistem secara keseluruhan dapat mendukung pertumbuhan di tahun ini," jelasnya. Di sisi lain, PT Hino Motors Sales Indonesia (HMSI) tetap optimistis terhadap perbaikan kondisi pasar kendaraan niaga pada tahun ini. Sales Director HMSI, Susilo Darmawan, menyebut bahwa berkurangnya agenda politik diharapkan dapat menstabilkan perekonomian, sehingga pasar kendaraan komersial dapat tumbuh. Baca Juga: Aturan BMAD Terbit, Asaki Optimistis Utilisasi Produksi Keramik RI Segera Melesat "Kami berharap ada kenaikan penjualan sekitar 2 hingga 5% dibandingkan tahun lalu," ungkap Susilo. Namun, ia juga mengakui bahwa ketatnya aturan kredit kendaraan bermotor menjadi tantangan yang harus dihadapi pada 2025. "Sebagian besar penjualan kendaraan niaga dilakukan secara kredit. Jika perusahaan pembiayaan tidak mendukung penuh, tentu ini akan menjadi kendala bagi kami," tambahnya.